Istilah cebong-kampret mungkin sudah reda. Tapi kita sering menjumpai istilah 'kelompok sebelah', haters vs lovers masih mengemuka di mana-mana, kata dia
Purwokerto (ANTARA) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Siti Mukaromah mengajak masyarakat khususnya warga Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk menerima kemajemukan bangsa.

Saat kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kelurahan Pasir Kidul, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas, Rabu, dia mengatakan, kondisi pascapemilihan presiden belum pulih benar karena dikotomi dukung-mendukung telah menjalar ke urusan-urusan publik yang lain.

"Istilah cebong-kampret mungkin sudah reda. Tapi kita sering menjumpai istilah 'kelompok sebelah', haters vs lovers masih mengemuka di mana-mana," kata dia yang akrab disapa Erma itu.

Baca juga: Tokoh lintas agama ajak masyarakat syukuri kemajemukan dalam harmoni

Menurut dia, fenomena tersebut merupakan tanda bahwa kekakuan dan pengelompokan-pengelompokan di masyarakat justru cenderung mengemuka, termasuk saling cibir antarsesama umat Islam, antipemerintah, saling tuduh, menyebar hoaks, dan sebagainya.

"Kita sudah lama tahu dan barangkali tidak perlu lagi diingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, baik bahasa, etnis atau suku, agama, golongan, bahasa, adat-istiadat, dan sebagainya," kata Ketua Umum Perempuan Bangsa itu.

Ia mengatakan, seharusnya hal itu menjadi modal bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari hal-hal yang berbeda dan memoderasi ego masing-masing.

Menurut dia, kemajemukan seharusnya membuat bangsa Indonesia tumbuh dewasa karena sering melihat pendapat-pendapat yang berbeda di sekitarnya sehingga mudah menemukan caranya berdamai, tepa salira, dan saling menerima.

Baca juga: LIPI: Kemajemukan bangsa menjadi kekuatan membangun Indonesia

"Kemajemukan itu merupakan kenyataan masa lalu dan masa kini yang sementara ini mudah sekali disebut, namun sering kali gagap kita hadapi karena sedikitnya keseriusan dalam mengapresiasinya. Kemajemukan atau perbedaan itu kita temukan hampir dalam segala hal, dan tantangan yang harus kita atasi ialah kemampuan kita untuk selalu lebih dewasa dengan perbedaan-perbedaan tersebut," katanya.

Lebih lanjut, Erma mengharapkan melalui Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, kesadaran dan penerimaan atas kemajemukan bangsa makin meningkat.

Menurut dia, sosialisasi tersebut memiliki peran sangat penting, yakni pertama untuk menyegarkan pengertian bahwa Pancasila merupakan ideologi dan asas atau prinsip hidup berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Pluralisme dan toleransi harus dirawat untuk NKRI

"Lima sila dalam Pancasila merupakan acuan ideologi atau nilai puncak yang semestinya melandasi kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam seluruh sektor kehidupan. Kedua, Bhinneka Tunggal Ika untuk memperkuat asa kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk," katanya.

Sementara yang ketiga, kata dia, peneguhan bahwa bentuk kesatuan merupakan bentuk kenegaraan final yang mewadahi kemajemukan tersebut, sedangkan yang keempat bahwa UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjadi rujukan hukum tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dengan kegiatan sosialisasi ini, kita berharap pemahaman atas kehidupan berbangsa dan bernegara kita semakin baik. Demikian pula dengan semangat persatuan dalam kemajemukan, sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, sosial, dan ekonomi semakin baik," katanya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019