Dari Pulau Bulan, Kota Batam, babi hidup yang diekspor ke Singapura rata-rata sebanyak 1.000 ekor per hari
Tanjungpinang (ANTARA) (ANTARA) - Virus African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika yang kini tengah mewabah di sejumlah negara Asia tidak berpengaruh terhadap ekspor babi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Koordinator Pengawasan dan Penindakan (Wasdak) Karantina Pertanian Tanjungpinang, Khalid, menjelaskan ekspor babi khususnya ke sejumlah negara tetangga salah satunya Singapura, masih tetap normal pasca mewabahnya virus yang menyebabkan kerugian di kalangan peternak babi itu.

"Dari Pulau Bulan, Kota Batam, babi hidup yang diekspor ke Singapura rata-rata sebanyak 1.000 ekor per hari. Jumlah itu normal seperti biasanya. Tidak terpengaruh wabah ASF yang sekarang sedang marak," kata dia di Tanjungpinang, Kamis.

Khalid menegaskan jika virus ASF saat ini belum terdeteksi di Indonesia, termasuk di Kepulauan Riau. Babi di Kepri sehat, sehingga negara pengimpor tetap menerima babi dari sini.

Namun, lanjut dia, Kepri sejak beberapa waktu lalu - berdasarkan persetujuan Pemprov Kepri, telah menyetop pasokan daging babi dari Sumatera Utara.

Penghentian ini, lanjut dia, bersifat sementara untuk mencegah masuknya virus yang tidak diinginkan.

"Apalagi stok daging babi yang ada di Kepri masih mencukupi untuk kebutuhan lokal," sebutnya

Diketahui, virus ASF telah menyebar di sejumlah negara di Asia, diantaranya di China, Kamboja, Vietnam, Filipina dan terakhir dilaporkan Timor Leste. Menurut dia hal itu menjadi ancaman bagi peternakan babi di Indonesia.

Untuk mencegah masuknya ke Bintan, Karantina Pertanian sejak awal pekan lalu telah melakukan pencegahan dengan malakukan pemeriksaan barang bawaan penumpang. Di antaranya di Pelabuhan Lobam dan Pelabuhan ASDP Tanjunguban.

"Sampai sekarang belum terdeteksi," ujarnya.

Baca juga: Kementan cegah virus ASF masuk ke Indonesia
Baca juga: Kementan pacu ekspor jeroan daging celeng ke Vietnam
Baca juga: Karantina Denpasar perketat pengawasan cegah Flu Babi Afrika

Pewarta: Ogen
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019