Bandung (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM RI menyatakan One Pesantren One Product (OPOP) yang digagas oleh Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil bisa menjadi "pilot project" atau percontohan untuk pemberdayaan UKM tingkat nasional.

"Gerakan pemberdayaan ekonomi umat seperti OPOP bisa menjadi pilot project pemberdayaan UKM tingkat nasional," kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan seusai menghadiri pembukaan gelar produk koperasi pondok pesantren yang tergabung dalam OPOP di Gedung Sate Bandung, Sabtu.

Rully mengatakan dirinya diminta langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk ke Tasikmalaya beberapa waktu lalu terkait koperasi.

Baca juga: Sebanyak 1.074 Pesantren "OPOP" akan pamerkan produk unggulannya

"Dan saya melaporkan (kepada Menteri Koperasi dan UKM), kelihatannya ini untuk membangun pesantren Jawa Barat di 2020 harus menjadi pilot project,” kata Rully.

Rully juga menyatakan, pemberdayaan ekonomi rakyat melalui koperasi dan UKM menjadi perhatian pemerintah pusat.

"Fakta lain menunjukkan kita tidak boleh pada saat ini meninggalkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah," katanya.

Baca juga: Delegasi Inggris tertarik dengan sistem kewirausahaan pesantren Jabar

"Kalau dari statistik yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB ternyata bukan usaha besar. Usaha mana? Usaha mikro. UMKM secara keseluruhan itu memberikan kontribusi 60 persen (untuk PDB) dan lapangan kerja 97 persen tenaga kerja kita terserap di UKM," lanjut dia.

Oleh karena itu, kata dia, Kementerian Koperasi dan UKM RI dan 10 kementerian/lembaga lain bersinergi membangun UKM.

"Salah satu srateginya adalah berhimpun dan koperasi menjadi bagian dari pengembangan UKM," kata dia.

Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia (RI) mengapresiasi upaya Pemda Provinsi Jabar yang memberikan perhatian khusus kepada koperasi dan usaha kecil, khususnya di pesantren.

Hari ini Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum membuka gelar produk koperasi pondok pesantren yang tergabung dalam One Pesantren One Product (OPOP) di Gedung Sate, Kota Bandung.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari penghargaan Pemerintah Provinsi Jabar kepada koperasi pondok pesantren yang mampu menghadirkan produk unggulannya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jabar memberikan pelatihan, magang, pendampingan usaha, temu bisnis, bantuan penguatan modal, pameran baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut Uu, OPOP digagas Pemda Provinsi Jabar untuk mengakselerasi visi Jabar Juara Lahir Batin.

"Kang Emil (Gubernur Jabar) bergerak di bidang ekonomi (pesantren), tetapi dengan tidak meninggalkan program kepesantrenan dulu," kata Uu.

Uu menyatakan, OPOP sendiri bertujuan untuk menghadirkan kemandirian ekonomi pesantren. Dia pun mengajak pesantren lain untuk terlibat dalam OPOP.

“Mulai dari sekarang saya minta kepada pesantren (yang belum ikut serta OPOP), buat pesantrennya hebat dalam administrasi dan prospeknya, karena kami (OPOP) dinilai oleh tim independen dan bekerja sama dengan perguruan tinggi," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jabar Kusmana Hartadji melaporkan, ada kegiatan temu bisnis dalam gelar produk OPOP.

“Ada bantuan penguatan usaha kepada 1.074 pesantren tahap dua sebesar Rp20 hingga 30juta, kemudian pesantren juara yang lolos tahap seleksi dua diberikan bantuan penguatan modal tambahan kepada 88 pesantren sebesar Rp100 hingga 200 juta,” kata Kusmana.

Kusmana menambahkan, di gelaran produk kali ini telah berkumpul 1.074 usaha pesantren se-Jabar yang akan menjadi model pemberdayaan umat.

Sebanyak 1.074 pesantren tersebut adalah pesantren juara hasil proses seleksi administrasi dan audisi usaha pesantren.

Pada kesempatan ini, diberikan pula penghargaan kepada para ponpes Juara Audisi OPOP Jabar 2019 kepada 10 pondok pesantren dan para penerima penghargaan mendapat hadiah berupa tambahan modal sebesar Rp400 juta.

Berikut daftar 10 ponpes yang menerima penghargaan:*

1. Ponpes Minhajul Karomah dari Kabupaten Sumedang, bidang usaha konfeksi/fashion;
2. Ponpes Riyadlul Ulum Waddawah dari Kota Tasikmalaya (makanan olahan nabati);
3. Ponpes Al Urwatul Wutsqo dari Kabupaten Indramayu (minuman);
4. Ponpes Mathlaul Ulum dari Kabupaten Pangandaran (perikanan);
5. Ponpes Modern Al Umanaa dari Kabupaten Sukabumi (makanan olahan hewani);
6. Ponpes Nurul Hidayah dari Kabupaten Garut (perternakan);
7. Ponpes Raudhatul Irfan dari Kabupaten Ciamis (pertanian);
8. Ponpes Al Akhyar dari Kabupaten Cianjur (kerajinan);
9. Ponpes Al Muhajirin dari Kabupaten Purwakarta (jasa); dan
10. Ponpes Al Munawariyyah dari Kota Sukabumi (perdagangan).

Juara 2 tingkat kabupaten/kota kategori juara Scale Up:

1. Juara I Ponpes Nuurussiddhiiq dari Kota Cirebon (konfeksi/fashion), Rp 200 juta;
2. Juara II Ponpes Darul Ulum Lido dari Kabupaten Bogor (makanan olahan hewani), Rp 150 juta;
3. Juara III Ponpes Darul Hidayahdari Kota Bandung (elektronik), Rp 100juta.

Juara kategori Start Up

Ponpes Mukhtarul Ulum dari Kabupaten Ciamis (peternakan), Rp 75 juta.

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019