Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Syaiful Huda meminta agar dinas pendidikan di daerah untuk bergerak agar proses pembelajaran yang akan dimulai pada Senin (6/1) tidak terganggu.

"Kami minta agar dinas pendidikan bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil inisiatif agar proses pembelajaran tidak terganggu," ujar Huda di Jakarta, Jumat.

Dia meminta agar dinas pendidikan di daerah melakukan pendataan berapa banyak sekolah yang terdampak banjir. Kemudian dinas pendidikan juga perlu mempersiapkan agar sekolah bisa dimulai tepat waktu.

Baca juga: Pemprov DKI berkolaborasi dengan organisasi kemanusiaan atasi banjir

"Dengan kembali ke sekolah, anak-anak korban banjir mendapat suasana baru dan tidak larut dalam kondisi bencana," terang politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Selain itu, kepala sekolah dan guru juga diminta untuk menjelaskan pada siswa mengenai banjir, dan bagaimana mitigasi bencananya. Dengan kembali ke sekolah, juga bagian dari pemulihan trauma anak-anak korban banjir.

Huda juga meminta dinas pendidikan daerah untuk turut memberikan bantuan seragam maupun perlengkapan sekolah pada korban banjir.

Data sementara dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan sebanyak 143 sekolah terendam banjir. Kemudian 74 sekolah lainnya tergenang banjir. Selanjutnya 422 sekolah lainnya berstatus aman.

Selain merendam sekolah, banjir juga menyebabkan kerusakan sejumlah sarana dan prasarana lainnya. Juga merenggut korban jiwa.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan korban banjir Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten bertambah menjadi 43 jiwa pada Jumat pagi. Selain di Jabodetabek, banjir juga merendam sejumlah wilayah lainnya di Banten dan Jawa Barat. ***3***

Baca juga: Korban banjir di Pejaten Timur butuh air bersih
Baca juga: Polda Metro pulihkan trauma anak-anak korban banjir lewat menggambar

 

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020