Bandung (ANTARA) - Setelah hampir dua bulan setelah pembagian anak ayam oleh Wali Kota Bandung, sejumlah diantaranya yang dipelihara oleh siswa SMP mati karena dimakan oleh tikus.

Kepala SMP Negeri 54 Bandung, Ike Fiesta Renny mengatakan 13 ekor anak ayam yang mati. Sebagian besar anak ayam yang mati itu dimakan oleh tikus. "Beberapa anak yang ayam mati karena dimakan tikus. Kendalanya itu. Mungkin disimpannya di bawah (rumah)," kata Ike di Bandung, Jumat.

Sebelumnya, anak ayam dibagikan kepada 237 murid yang duduk di kelas 7 dan 8. Dalam pemeliharaannya mereka dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari lima orang.

Sejauh ini, guru pembimbing murid telah memonitor untuk mengetahui proses pemeliharaan ayam oleh muridnya. Hasilnya, sebagian besar murid mengaku tak kesulitan dalam memelihara, sementara sebagian lain mengaku anak ayamnya sudah mati.

Baca juga: Pemeliharaan anak ayam jadi penilaian siswa di Kota Bandung

Baca juga: Program anak ayam bagi pelajar dimulai dua kecamatan di kota Bandung

Baca juga: Anak ayam untuk siswa di Bandung akan dibagikan mulai 21 November


Meski demikian, menurutnya, anak ayam pengganti yang mati telah diberi melalui Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangta) Kota Bandung. Namun, setelah mendapat ayam pengganti, murid merasa malas untuk memelihara lagi.

Sejauh ini, pembimbing belum memonitor kembali proses pemeliharaan anak ayam karena jadwal sekolah yang sedang libur.

"Memang ada juga sih yang sebagian kecil anak ayam mati lagi, tetapi tidak segera dilaporkan. Ketika dimonitoring, baru dilaporkan. Sepertinya itu yang agak ogah-ogahan (malas) mungkin, ya," kata dia.

Sebelumnya pada Kamis (21/11), Wali Kota Bandung, Oded M Danial resmi membagikan anak ayam kepada murid sekolah di Kecamatan Gedebage dan Kecamatan Cibiru. Dalam tahap pertama , Kepala Dispangtan Kota Bandung, Gingin Ginanjar menyiapkan 2.000 ekor anak ayam untuk dibagi dan dipelihara oleh para murid.

Seperti diketahui, program bagi-bagi anak ayam merupakan langkah Pemerintah Kota Bandung untuk membangun karakter siswa agar mengurangi ketergantungan terhadap gawai.*

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020