Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum RI menggelar simulasi rekapitulasi menggunakan sistem OCR dan OMR guna memilih sistem yang tepat untuk diaplikasikan pada rekapitulasi elektronik atau e-Rekap di pemilihan umum.

"Apakah nanti menggunakan OCR atau OMR atau kombinasi dari keduanya," kata Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Jakarta, Selasa.

Baca juga: KPU siapkan legalitas terkait penerapan e-rekap pada pemilu

Baca juga: KPU siapkan kerjasama e-Rekap dengan ITB hingga Pilpres 2024

Baca juga: KPU undang sejumlah pakar bahas "e-rekap"


Sistem OCR atau optical character recognition merupakan sistem yang berfungsi untuk memindai dari gambar atau foto dari kertas rekapitulasi suara menjadi teks yang nantinya dikonversi dalam bentuk hitungan suara berbasis elektronik.

Sedangkan OMR atau optical mark reader merupakan sistem yang membaca tanda bulatan pensil pada kertas rekapitulasi suara dan kemudian dipindai ke dalam bentuk data elektronik.

"Peserta simulasi nanti memfoto kertas (rekapitulasi yang telah disimulasikan) dan dikirimkan ke tim IT, kemudian dipelajari oleh tim IT dengan tiga sistem itu, OCR, OMR dan gabungan keduanya," kata dia.

Dari simulasi tersebut menurut dia akan dilihat akurasi penggunaan sistem, penggunaan kertas rekapitulasi dan spesifikasi kamera yang dipilih untuk mendukung e-Rekap.

Saat simulasi, KPU bukan memberdayakan staf teknis, tetapi tenaga satuan pengamanan, tenaga kontrak, dan petugas kebersihan kantor.

Hal itu kata Evi bertujuan untuk melihat seberapa sederhana atau mudah proses rekapitulasi elektronik untuk bisa dipahami oleh semua kalangan dengan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.

Pendekatan tersebut dipakai menurut dia, karena tenaga kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang bertugas selama pemilu nanti biasanya juga berbeda-beda tingkat pendidikan dan pemahamannya terhadap teknologi.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020