Ini adalah penggalangan massa terbesar setelah kudeta,
Bangkok (ANTARA) - Ribuan orang mengikuti kegiatan lari di Bangkok, Thailand, pada Minggu pagi sebagai bentuk unjuk rasa terhadap pemerintahan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.

Kegiatan itu bertajuk "Wing Lai Loong" yang berarti "Lari untuk Mengusir Paman", merujuk pada Prayuth yang mendapat nama julukan "Paman Tu".

Pihak kepolisian memperkirakan sekitar 12.745 pelari serta pendukung aksi telah berkumpul di sebuah taman di Bangkok sebelum matahari terbit. Mereka mengenakan pakaian dan sepatu beragam warna.

Sebagian peserta lari itu meneriakkan slogan seperti "Turun, Prayuth!" atau "Panjang umur demokrasi!" selagi berlari sepanjang 2,6 kilometer di tengah pengawasan dari pihak pengamanan.

Sebagian lainnya juga mengacungkan salam tiga jari sebagai tanda perlawanan terhadap pemerintah.

"Saya ingin banyak hal menjadi lebih baik. Saya ingin Prayuth mundur," kata seorang warga Bangkok, Waraporn Waralak, usai mencapai mencapai garis finish.

Baca juga: Pemimpin oposisi Thailand ajak pendukung turun ke jalan Sabtu

Baca juga: Warga Thailand berbondong-bondong ikuti pemilu pertama sejak kudeta 2014


Pemerintahan Thailand di bawah Prayuth terpilih dalam pemilu pada Maret 2019, yang disebut pihak oposisi telah dimanipulasi untuk memenangkan partai pro-militer pengusungnya.

"Ini adalah penggalangan massa terbesar setelah kudeta," ujar Dekan Fakultas Sosiologi dan Antropologi Universitas Thammasat Bangkok, yang menambahkan bahwa kegiatan lari itu mendorong partisipasi lebih besar daripada biasanya.

Kegiatan lari itu menyusul aksi unjuk rasa pada Desember 2019 yang diselenggarakan oleh Thanathorn Juangroongruangkit, pemimpin oposisi dari Partai Masa Depan yang kemudian ditahan pada Jumat (10/1) atas pelanggaran aksi demonstrasi tersebut.

Dalam kegiatan lari itu, penyelenggara juga melelang nomor dada yang terkait dengan politik di Thailand, misalnya nomor 2475 yang merupakan tahun kalender Budha saat revolusi mengakhiri sistem monarki absolut pada 1932.

Adapun nomor dada 0044, yang merujuk pada pasal 44 yang memberikan Prayuth kekuasaan eksekutif absolut, justru dirobek menjadi dua bagian di atas panggung.

Menanggapi kegiatan lari itu, juru bicara pemerintahan menyebutnya telah sesuai dengan hak warga negara dan tidak ada aturan hukum yang dilanggar.

Namun demikian, kegiatan tandingan bertajuk "Jalan untuk Mendukung Paman" juga digelar bersamaan di taman lain yang berjarak sekitar 14 kilometer. Ribuan orang turut dalam aksi itu untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Prayuth.

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Thailand rombak kabinet keempat kalinya sejak kudeta

Baca juga: Panglima Militer Thailand dipilih sebagai perdana menteri


 

Ke Thailand, Presiden bawa misi kerja sama konsep Indo-Pasifik


 

Penerjemah: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020