Jakarta (ANTARA) - Direktur Fasilitasi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Gunawan, mengatakan bahwa pihaknya tengah mengembangkan teknologi biometrik untuk menghindari penipuan berbasis rekayasa sosial (social engineering) yang belakangan ini marak terjadi.

"Kita sedang mengembangkan teknologi biometrik, itu akan lebih akurat lagi, karena tetap pakai NIK, plus biometrik nanti, misalkan sederhana foto wajah atau fingerprint, jadi nempel NIK nya tinggal ditambahi biometrik itu semakin akurat lagi," ujar Gunawan ditemui usai penandatanganan kerja sama Ditjen Dukcapil dengan LinkAja di Jakarta, Jumat.

Penipuan berbasis social engineering beberapa cirinya adalah meminta kata sandi satu kali (one time password/OTP) dan meminta transfer uang di luar prosedur. Penipuan model tersebut marak terjadi belakangan ini dengan korban dari berbagai latar belakang, bahkan tokoh masyarakat.

Gunawan mengatakan Ditjen Dukcapil membuka opsi tersebut kepada seluruh perusahaan, termasuk bisnis rintisan (startup) yang menerapkan teknologi finansial (tekfin) untuk lebih melindungi data penggunanya.

"Sepanjang dia memenuhi syarat untuk melakukan kerjasama, dan sudah siap teknologi untuk biometriknya, siap," kata dia.

"Pertanyaannya, sudah siap belum aplikasinya, sudah siap belum jaringannya," lanjut dia.

Lebih lanjut, Gunawan mengatakan pengembangan teknologi biometrik tersebut dalam rangka membangun prosedur SOP secara teknis untuk mengantisipasi social engineering.

Sementara itu, layanan keuangan digital LinkAja, yang baru saja meresmikan kerjasama dengan Ditjen Dukcapil untuk meningkatkan fungsi proses verifikasi dan validasi identitas pengguna, mengatakan tertarik untuk mengadopsi teknologi biometrik ke dalam aplikasinya.

"Segera mungkin, enggak mungkin berbulan-bulan. Demi keamanan dan juga kenyamanan untuk pelanggan," ujar Direktur Operasi LinkAja, Haryati Lawidjaja.

Perusahaan keamanan siber Kaspersky pada akhir 2019 memprediksi adanya ancaman siber di sektor keuangan atau finansial pada 2020 seiring dengan aplikasi tekfin yang semakin populer di kalangan pengguna.

Tren tersebut dipantau para pelaku kejahatan siber, namun tidak semua aplikasi fintek menggunakan praktik keamanan terbaik, seperti otentikasi multi-faktor atau perlindungan koneksi aplikasi.

Kaspersky menekankan pentingnya melindungi keamanan data di perangkat komputer dan ponsel, salah satunya dengan kata sandi. Tidak hanya itu, untuk perangkat yang mendukung otentikasi biometrik - baik membaca sidik jari atau membuka kunci wajah - juga sangat disarankan untuk digunakan.

Baca juga: Serangan siber kini pakai "bot", bukan lagi peretas

Baca juga: Ancaman siber pada 2020, AI malware dan serangan ke aplikasi populer

Baca juga: Serangan siber intai pelaku UMKM

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020