Jakarta (ANTARA) - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menemui Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Jakarta, Selasa, untuk menyampaikan program pembelajaran antar-keyakinan atau (interfaith live-in) bagi para pemuka agama samawi, yakni Yahudi, Kristen dan Islam, dari berbagai negara.

 

“Kita melihat secara global hubungan antara pemeluk agama Islam, Kristen dan Yahudi itu semakin buruk. Dan kami melihat ada tantangan pada formula interfaith yang dijalankan selama ini,” kata Dino usai menemui Wapres Ma’ruf di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.

 

Program yang dinamakan The One Thousand Abrahamic Circles itu digagas Dino dengan menyelenggarakan program pembelajaran bagi antarpemuka agama di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Yahudi, Kristen maupun Islam.

 

Program tersebut memberikan kesempatan pada masing-masing satu pemuka agama Kristen, Islam dan Yahudi dari tiga negara berbeda selama tiga pekan, untuk saling bertukar pengalaman tinggal di tiga negara asal mereka guna merasakan keberagaman hidup beragama. Satu angkatan penyelenggaraan itu kemudian disebut sebagai satu lingkaran atau one circle.

 

“Dari pengalaman itu, asumsi kami, perjalanan tiga minggu itu mereka bertemu dengan keluarga dan komunitas, saling berinteraksi, sehingga timbul suasana persahabatan dan respek yang nyata,” jelas Dino.

 

Sementara itu, pemuka agama Katolik Franz-Magnis Suseno, yang ikut dalam pertemuan tersebut, mengapresiasi inisiatif Indonesia dalam menciptakan program tersebut.

 

“Program ini yang terpenting adalah fokus pada akar rumput, jadi supaya betul-betul saling berkenalan, saling menghormati, bisa bekerja sama dan menimbulkan sinergi sebagai orang beragama Abraham. Saya sangat mendukung ini,” kata Franz Magnis.

 

Program tersebut diharapkan dapat mencapai 1.000 lingkaran dalam kurun waktu 10 tahun, dan untuk selanjutnya dapat meningkat hingga menjadi 10.000 lingkaran.

 

Dino mengatakan program tersebut mendapat pembiayaan dari negara-negara yang tergabung dalam pelaksanaan live-in dan juga donor perorangan maupun kelompok.

Pemerintah Indonesia hingga saat ini belum memberikan bantuan donor bagi penyelenggaraan program tersebut, namun Wapres Ma’ruf mendukung adanya upaya meningkatkan toleransi antarkepercayaan tersebut.

Baca juga: Wapres Ma'ruf: Kerukunan umat beragama adalah kunci

Baca juga: Wapres Ma'ruf harap pesantren bisa jadi pusat pembiayaan mikro

Baca juga: Wapres harap IPPNU dorong penguasaan teknologi untuk OPOP


 

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020