Sharm El-Sheikh, Mesir (ANTARA News/AFP) - Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit mengatakan, Senin, negara-negara donor internasional telah menjanjikan bantuan hampir 4,5 milyar dolar bagi pembangunan kembali Jalur Gaza dan ekonomi Palestina.

"Kami hari ini mengumpulkan 4,481 milyar dolar untuk dua tahun mendatang," kata Abul Gheit, membacakan sebuah pernyataan final yang dikeluarkan pada akhir konferensi donor internasional di kota pesisir Laut Merah Sharm El-Sheikh.

Ia mengatakan, jumlah itu merupakan sumbangan baru yang tidak termasuk dalam janji bantuan sebelumnya oleh negara-negara donor.

Abul Gheit mengatakan, jumlah yang dijanjikan Senin itu "menambah angka sebelumnya menjadi 5,2 milyar dolar".

"Itu lebih dari yang kami perkirakan," katanya.

Menteri Perencanaan Palestina Samir Abdallah mengungkapkan rasa puas dan mengatakan kepada AFP, "Konferensi ini berhasil seratus persen."

Pemerintah Palestina mengikuti konferensi itu untuk mengupayakan bantuan 2,8 milyar dolar dari 70 negara dan kelompok donor yang berkumpul di Sharm El-Sheikh enam pekan setelah pertempuran berhenti di dan sekitar Gaza.

Pemerintah Palestina berusaha mengumpulkan 1,3 milyar dolar bagi Gaza dan 1,5 milyar untuk menopang anggaran mereka sendiri.

Negara-negara donor menekankan bahwa uang batuan harus disalurkan melalui Pemerintah Palestina pimpinan Presiden Mahmud Abbas yang mendapat dukungan Barat dan tidak kepada Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Kelompok Hamas, yang menang dalam pemilihan umum Palestina pada 2006, menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut diblokade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris karena kelompok itu menolak mengakui keberadaan negara Yahudi tersebut.

Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Israel dikecam masyarakat internasional atas kematian-kematian yang ditimbulkannya dalam perang di Gaza.

Pasukan Israel meninggalkan Jalur Gaza setelah daerah pesisir itu hancur akibat ofensif 22 hari. Mereka menyelesaikan penarikan pasukan dari wilayah yang dikuasai Hamas itu pada 21 Januari.

Jumlah korban tewas Palestina mencapai sedikitnya 1.300, termasuk lebih dari 400 anak, dan 5.300 orang cedera di Gaza sejak Israel melancarkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember.

Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket.

Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah hancur terkena gempuran Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar.

Penghentian serangan Israel dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009