Jakarta (ANTARA) - Pesawat terbang adalah salah satu penemuan umat manusia abad ke-20 yang memudahkan pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain menjadi lebih cepat dan efisien.

Namun, pesawat juga merupakan moda transportasi yang bisa membuat penyebaran virus seperti corona bisa lebih mudah menyebar, karena dalam satu pesawat bisa saja terdapat penumpang dari beragam kewarganegaraan.

Untuk itu, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) telah melaksanakan disinfeksi terhadap puluhan pesawat yang akan melakukan perawatan, guna mengantisipasi potensi penyebaran Virus Corona baru atau Covid-19.

Direktur Utama GMF Tazar Marta Kurniawan, dalam temu media di Hangar GMF, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (6/3), mengungkapkan, terhitung sejak Januari 2020, GMF telah melakukan proses disinfeksi untuk 19 pesawat Garuda Indonesia dan 13 pesawat Citilink Indonesia.

Selain itu, ujar dia, perlakuan yang sama juga diterapkan kepada pesawat-pesawat yang datang dari negara-negara terdampak yang ingin melakukan perawatan di GMF.

Untuk pesawat di luar afiliasi Garuda Group, kata dia, ada 18 pesawat dari maskapai internasional yang berasal dari delapan negara yang berbeda-beda yang telah didisinfeksi pula.

Dirut GMF menjabarkan pembersihan menyeluruh wajib dilakukan agar potensi penyebaran dapat ditekan dan agar pesawat dapat beroperasi kembali dalam keadaan steril dan sempurna.

Pembersihan dengan disinfeksi itu dilakukan di seluruh area yang bersentuhan langsung dengan penumpang di pesawat, seperti toilet, tempat duduk, hingga over head compartment di kabin.

"Kami paham risiko tertular pada saat proses disinfeksi sangatlah tinggi, untuk itu pengawasan akan kesehatan dan keselamatan personel menjadi hal yang kami perhatikan pada kesempatan pertama," papar Tazar.

Untuk itu, petugas juga wajib menggunakan alat perlindungan diri sesuai standard selama mengerjakan proses disinfeksi yakni minimal menggunakan sarung tangan, masker sekali pakai untuk metode pencegahan, serta baju khusus untuk kasus di mana telah terjadi infeksi dalam pesawat.

Sedangkan proses disinfeksi itu sendiri menggunakan cairan disinfektan yang telah direkomendasikan untuk penerbangan yaitu Appled 3471 dan Isoprophyl berkadar alkohol 70 persen.

Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuan (KKP) Kelas 1 Soekarno-Hatta, Sutjipto menyatakan bahwa terkait dengan Virus Corona, pesawat harus benar-benar diperhatikan terbebas dari bakteri dan virus.

Sutjipto juga mengemukakan telah melakukan asistensi dan menggandeng GMF sebagai upaya sinergi berbagai lini untuk melakukan aksi pencegahan cepat.

Sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan dan KKP Kelas I Soekarno-Hatta, setiap operator dan provider perlu melakukan tindakan khusus terhadap pesawat yang membawa penumpang yang terindikasi terjangkit virus corona tersebut.

Baca juga: Pemerintah tidak umumkan kewarganegaraan warga asing pasien COVID-19
 
Sejumlah penumpang pesawat menggunakan masker saat tiba di terminal kedatangan domestik Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (3/3/2020). Menurut data PT Angkasa Pura I, aktivitas penerbangan baik domestik maupun internasional dari dan menuju Bandara Internasional Lombok (BIL) masih dalam keadaan normal setelah pemerintah mengumumkan adanya pasien terkena virus corona di Depok, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Hero/AS/wsj. (ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)

Maksimalkan permintaan
Di tengah-tengah wabah virus Covid-19, yang merebak di berbagai negara, GMF memaksimalkan pula permintaan perawatan pesawat dari sejumlah maskapai internasional.

Dirut GMG mengungkapkan, hal itu karena banyak maskapai yang melakukan perawatan pesawat di Tiongkok, tidak lagi melakukan perawatan di sana.

Untuk itu, ujar dia, GMF adalah alternatif yang sangat potensial mendapatkan limpahan pekerjaan dari berbagai customer atau konsumen tersebut.

GMF akan mendapat limpahan dengan adanya penutupan beberapa rute penerbangan dari dan ke China serta negara lainnya, antara lain karena sejumlah maskapai yang semula merawat pesawatnya di China tentunya perlu melakukan perubahan rencana.

Dirut GMF meyakini Indonesia bisa memenuhi kebutuhan perawatan pesawat yang tidak bisa ditunda tersebut, seperti dari lini bisnis airframe maintenance.

Tazar mengungkapkan, hingga Februari 2020, GMF telah mengantongi pesanan untuk 35 proyek aircraft redelivery yang angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2019.

Untuk itu, masih menurut dia, pangsa pasar nonafiliasi (di luar Garuda Group) kini menjadi target GMF berikutnya.

"Kini saatnya dominasi di pasar internasional kita mantapkan dengan misi tambahan yaitu membawa nama baik Indonesia semakin kuat di pasar regional di tengah kondisi ekonomi global saat ini," katanya.

Karena itu, masih menurut dia, penting pula GMF turut menjaga agar wabah Covid-19 tidak meluas di Indonesia, dengan melakukan disinfeksi terhadap berbagai perawat yang dirawat.

Namun, ia menyatakan tidak akan membebani harga yang tinggi untuk proses disinfeksi kepada maskapai, tetapi sesuai yang dapat diakomodasi GMF.

Disebutkan pula biaya disinfeksi untuk pesawat badan ramping adalah sekitar Rp500.000, dan untuk pesawat berbadan lebar sekitar Rp1.000.000.

Baca juga: Covid-19 merebak, GMF maksimalkan permintaan perawatan pesawat global
Baca juga: Presiden Jokowi contohkan cara cegah COVID-19 melalui video
Presiden Joko Widodo bersiap menyampaikan keterangan pers di beranda belakang Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3/2020). Presiden menyatakan telah memerintahkan para menteri untuk mengingatkan para pejabat publik dan pihak rumah sakit agar tidak membuka data pasien positif corona serta mengajak masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada dan beraktivitas seperti biasa. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

​​​​​​​
Sinergikan ekonomi-kesehatan


Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menginginkan langkah menjaga stabilisasi ekonomi seperti pemangkasan suku bunga acuan dapat disinergikan pula dengan kebijakan kesehatan masyarakat.

"Kebijakan fiskal dan moneter juga perlu diikuti dengan adanya kebijakan kesehatan masyarakat. Sinergi kebijakan fiskal dan moneter dengan kebijakan kesehatan masyarakat diharapkan bisa meminimalkan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh COVID-19," kata Pingkan.

Menurut dia, sebelum Presiden mengumumkan WNI yang teridentifikasi terjangkit COVID-19, sosialisasi terkait upaya preventif dan kuratif dalam menghadapi penyebaran penyakit tersebut dinilai masih minim.

Hal itu, ujar Pingkan, berdampak kepada kepanikan di masyarakat yang melakukan panic buying baik terhadap sejumlah alat kesehatan, seperti masker, maupun komoditas pangan. Untuk itu, ujar dia, kepanikan masyarakat seharusnya bisa diantisipasi dengan keterbukaan informasi dari pemerintah.

Hal tersebut, lanjutnya, penting untuk meredam berbagai kemungkinan yang berakibat negatif pada ekonomi. Harapannya pemerintah pusat bisa segera berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait dan juga pemerintah daerah.

Ia berpendapat bahwa langkah Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan pada 20 Februari 2020 lalu merupakan bentuk tindakan preventif yang tepat untuk menjaga kinerja perekonomian nasional dalam menghadapi dampak meluasnya penyebaran COVID-19.

Langkah yang diambil BI tersebut juga merupakan langkah serupa yang dilakukan The Fed (bank sentral AS) dan beberapa negara lainnya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Sedangkan dari sektor riil, langkah GMF untuk mengoptimalkan peluang dan memaksimalkan pelayanan terhadap perawatan pesawat melalui disinfeksi juga dapat dinilai sebagai sinergi bidang kesehatan dan kebijakan sektor perekonomian.

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020