Saya rasa pemerintah tidak bertanggung jawab, dan alasan demi melindungi ekonomi bisa membahayakan hidup orang-orang. Sehingga saya membuat keputusan ini dengan suami saya,
London (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat pada Senin terkait keputusannya untuk tidak meliburkan sekolah di tengah pandemi virus corona.

Sejumlah orang tua memilih membiarkan anaknya tetap di rumah, selagi mereka mengeluhkan langkah yang diambil pemerintah Inggris sementara negara-negara lain menutup sekolah untuk mencegah penyebaran corona lebih lanjut.

Hingga saat ini, Inggris mengonfirmasi sebanyak 1,372 kasus infeksi COVID-19 serta 35 kasus kematian akibatnya. Jumlah itu masih sedikit dibandingkan Italia, Spanyol, dan Prancis yang telah mengeluarkan kebijakan menutup sekolah.

Juru bicara perdana menteri menyebut bahwa anjuran mengenai penghentian kegiatan belajar mengajar di sekolah bukan langkah yang perlu diambil pemerintah untuk saat ini.

Di wilayah Doncaster, bagian utara Inggris, Suzana Ilieva tidak mengizinkan putranya yang berumur enam tahun untuk pergi ke sekolah sejak Jumat (13/3) pekan lalu karena kekhawatiran bocah itu bisa terpapar virus dan menularkannya kepada anggota keluarga berusia lanjut yang tinggal serumah.

"Saya rasa pemerintah tidak bertanggung jawab, dan alasan demi melindungi ekonomi bisa membahayakan hidup orang-orang. Sehingga saya membuat keputusan ini dengan suami saya," kata Ilieva.

Sementara di Anglesey, Wales bagian utara, Helen Wright tetap di rumah bersama putranya yang berumur 10 tahun, serta telah meminta pihak sekolah untuk mengirimkan paket belajar mandiri.

"Saya tidak percaya pedoman yang dikeluarkan pemerintah atau bagaimana pemerintah menangani soal ini," kata Wright.

Tanda pagar #Covid19Walkout (mogok COVID-19) dan #CloseTheSchoolsNow (tutup sekolah sekarang) menjadi tren di media sosial Twitter Inggris.

Di situs parlemen, sebuah petisi yang meminta pemerintah menutup sekolah dan perguruan tinggi telah ditandatangani oleh lebih dari 590.000 orang. Petisi apapun dengan lebih dari 100.000 tanda tangan harus dipertimbangkan untuk diangkat dalam debat parlemen.

Sumber: Reuters
Baca juga: Bayi baru lahir jadi kasus corona termuda di Inggris
Baca juga: Liga Inggris mungkin dihentikan sementara akhir pekan ini
Baca juga: Pemerintah Inggris imbau warganya tak kunjungi Indonesia

Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020