Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali meminta Palang Merah Indonesia (PMI) memfasilitasi masyarakat yang ingin mendonorkan darah dengan menerapkan protokol kesehatan penanganan virus corona (COVID-19).

"Warga yang ingin mendonorkan darah harus difasilitasi oleh PMI," kata Marullah saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Sejak pandemi virus corona jumlah pedonor darah berkurang. PMI Jakarta Selatan mengalami kekurangan stok darah terhitung sejak 16 Maret 2020.

Marullah mengatakan. kebutuhan darah di PMI sangat tinggi. Tetapi situasi saat ini membuat masyarakat yang selama ini peduli, was-was untuk mendonorkan darahnya.

Untuk itu, PMI harus memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang masih peduli mendonorkan darahnya di tengah pandemi COVID-19.

"Masyarakat yang hendak mendatangi kantor PMI itu diberikan SOP sesuai dengan yang biasa kita lakukan dalam kaitannya dengan penanganan COVID-19. Misalnya ada disinfektan, ada wastafel ada kebutuhan-kebutuhan yang lainnya," kata Marullah yang juga Pembina PMI Jakarta Selatan.

Baca juga: Stok darah PMI Jakarta Barat tipis akibat COVID-19

Menurut Marullah, tidak ada larangan untuk mendonorkan darah selama terjadi wabah virus corona. Masyarakat masih bisa mendonorkan darah karena masyarakat lain yang membutuhkan darah juga tidak bisa berhenti.

"Masyarakat kan sekarang beraktivitas dari rumah semuanya, karena ada di rumah dan tetap berada di rumah, menyebabkan mereka tidak berangkat untuk donor darah," katanya.

Karena itu, PMI harus jemput bola memberikan layanan dengan mendatangi masyarakat untuk mendonorkan darahnya.

"Saya mengapresiasi langkah PMI tersebut, tapi mana kala ada orang yang mau mendatangi tempat donor darah seperti kantor PMI dan lain sebagainya, PMI saya yakin sudah melakukan SOP ini," kata Marullah.

Humas PMI Jakarta Selatan, Dedet Haryadi membenarkan terjadi kekurangan stok darah di Unit Donor Darah (UDD) PMI sejak 16 Maret 2020.

Baca juga: PMI Jakarta Pusat imbau masyarakat donasi alat kesehatan

Kekurangan stok darah dikarenakan jumlah pedonor menurun sejak pandemi COVID-19 dan adanyasocial distancing" yang membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah.

"Jelas banget menipis karena orang mau donor takut ya, rata-rata mereka takut. Apalagi ada imbauan 'social distancing', itu berpengaruh juga karena masih banyak masyarakat yang awam tentang bagaimana berkumpul," kata Dedet.

Biasanya dalam sehari jumlah pendonor yang datang ke UDD PMI Jaksel berkisar 25 hingga 30 orang, tapi sekarang paling banyak delapan orang.

Sementara itu, kebutuhan akan darah di rumah sakit juga meningkat selain kebutuhan pasien rutin seperti Thalasemia, juga ada kasus DBD.

"Dalam kondisi seperti ini rumah sakit yang membutuhkan darah banyak sekali, kita kan sekarang ada DBD juga. Itu luar biasa, kita benar-benar butuh darah tapi memang kondisi yang ada saat ini sangat minim sekali," katanya.

Untuk mengatasi kelangkaan darah, PMI Jakarta Selatan rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mau mendonorkan darahnya.

Baca juga: PMI Jakbar pastikan pendonor darah layak saat pandemi COVID-19

Ketua PMI Pusat Jusuf Kalla juga mengajak masyarakat tetap mendonorkan darahnya di tengah wabah virus corona.

Hal ini disampaikan JK melalui video yang disebarluaskan melalui jejaring media sosial milik PMI di seluruh Indonesia.

Berikut kutipan ajakan JK dalam video yang disebarkan PMI:

"Perlu kami tegaskan bahwa donor darah itu tidak menyebabkan hubungannya dengan virus corona, maka itulah dalam kondisi seperti ini, kami tetap mengharapkan kepada para relawan donor darah yang selama ini telah memberikan amal luar biasa tetap melaksanakan donor darah pada waktunya, sehingga kebutuhan masyarakat akan darah tetap bisa dijaga, selain tetap waspada corona".
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020