Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat inflasi Jakarta pada Maret 2020 sebesar 0,33 persen akibat adanya kenaikan harga terutama pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Kenaikan harga bawang bombay menjadi penyebab utamanya.

"Inflasi di bulan Maret 2020 sebesar 0,33 persen ini, naik signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di 0,14 persen ​​​​," kata Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Buyung Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Penyebab kenaikan itu akibat naiknya harga kelompok makanan sebesar 0,94 persen. Naiknya harga komoditas bawang bombay yang menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen terhadap inflasi kelompok makanan.

Bawang bombay menjadi komoditas utama penyumbang inflasi, akibat tingginya harga bawang bombay di pasaran karena stok mulai menipis akibat virus corona (COVID-19).

"Hal ini seperti dijelaskan oleh Menteri Perdagangan Agus Suparman, yang menyebut bahwa kelangkaan bawang bombay terjadi semenjak isu virus corona memasuki India, negara pemasok utama bawang bombay untuk Indonesia," katanya.

Baca juga: Harga bawang putih di Jakarta turun jadi Rp54.150 per kg

Dengan andil sebesar 0,08 persen, bawang bombay menjadikan andil inflasi pada kelompok makanan sebesar 0,20 persen.

Selain bawang bombay, komoditas lain yang berperan pada tingginya inflasi kelompok makanan adalah kangkung dengan andil inflasi 0,04 persen, gula pasir 0,03 persen dan telur ayam ras 0,03 persen.

Andil Inflasi kelompok pengeluaran penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,07 persen merupakan andil inflasi tertinggi setelah kelompok makanan.

Naiknya harga nasi dengan lauk dan harga soto menjadi penyumbang utamanya. Nasi dengan lauk dan soto masing-masing naik sebesar 0,03 persen.

Naiknya harga emas dunia selama Maret 2020 berimbas pada naiknya harga emas di DKI Jakarta. Sumbangan inflasi yang diberikan emas perhiasan sebesar 0,05 persen.

Hal ini menyebabkan sumbangan inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,04 persen.

Baca juga: Digelontorkan 20 ton cabai untuk turunkan harga di Jakarta

Begitu pula yang terjadi pada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sumbangan inflasi sebesar 0,03 persen dipicu naiknya sabun detergen bubuk/cair 0,02 persen dan sabun cair/cuci piring 0,01 persen.

Tiga kelompok pengeluaran lainnya meskipun mengalami inflasi tetapi tidak memberikan sumbangan inflasi yang cukup berarti. Di antaranya kelompok pakaian dan alas kaki. kesehatan dan kelompok rekreasi dan olah raga, yang masing-masing tercatat sebesar 0,03 persen; 0,09 persen dan 0,14 persen.

Untuk deflasi diberikan oleh kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,15 persen dengan komoditas penyumbang deflasi harga laptop/notebook turun sebesar -0,01 persen.

Komponen energi, baik yang oleh rumah tangga untuk transportasi ataupun kebutuhan rumah tangga seperti listrik dan gas, indeks komponen energi bulan Maret 2020 sebesar 99,93 persen yang masih sama dengan indeks bulan Februari 2020.

Baca juga: Operasi pasar untuk stabilkan harga cabai di Jakarta Selatan

Dengan kata lain komponen energi pada bulan Maret 2020 tidak terjadi perubahan indeks.

Inflasi komponen energi untuk tahun kalender (Januari-Maret) 2020 sebesar -1,14 persen dan inflasi tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar -0,94 persen. "Komponen energi pada Maret 2020 tidak memberikan andil/sumbangan deflasi yang cukup berarti," kata Buyung.

Adapun laju inflasi sepanjang Januari-Maret 2020, mencapai 0,85 persen. Angka ini diatas laju inflasi tahun sebelumnya dengan periode yang sama yang mencapai 0,64 persen.

Begitu juga dengan laju inflasi tahun ke tahun (y to y) yaitu Maret 2020 terhadap Februari 2019 mencapai 3,22 persen.

"Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi tahun ke tahun sebelumnya, yaitu Maret 2019 terhadap Maret 2018 yang hanya mencapai 3,01 persen," kata Buyung.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020