Kami bertemu Kelompok Cipayung untuk meminta mereka memelopori program isolasi mandiri, mengingat sebagian besar warga yang pulang ke Maluku adalah mahasiswa dan pelajar yang menempuh pendidikan di provinsi lain
Ambon (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Maluku meminta sejumlah organisasi pemuda yang tergabung dalam Kelompok Cipayung untuk memelopori program isolasi mandiri yang digagas untuk mencegah penularan virus COVID-19 di wilayah tersebut.

"Tadi kami bertemu Kelompok Cipayung untuk meminta mereka memelopori program isolasi mandiri, mengingat sebagian besar warga yang pulang ke Maluku adalah mahasiswa dan pelajar yang menempuh pendidikan di provinsi lain," kata Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang di Ambon, Jumat.

Kelompok Cipayung merupakan forum bersama lima organisasi mahasiswa yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang dideklarasikan di Desa Cipayung, Jawa Barat pada 22 Januari 1972.

Kasrul mengakui sejak penerapan Maklumat Gubernur Maluku Nomor 443.1-18 tahun 2020 tentang penerapan status darurat bencana nonalam COVID-19, terutama pengawasan ketat di Bandara dan pelabuhan laut, tercatat sebanyak 4.500 warga Maluku yang "pulang kampung" dari berbagai daerah.

Sebagian besar warga yang tiba di Maluku menggunakan jasa kapal laut melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon serta sisanya melalui bandara Internasional Pattimura.

Dari jumlah penumpang tersebut tercatat 4.000 orang merupakan warga Maluku yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP), sedangkan 500 orang lainnya adalah warga luar Maluku.

Khusus warga luar Maluku, katanya, sedang diisolasi di sejumlah balat diklat yang disiapkan Pemerintah Provinsi Maluku di Kota Ambon yakni Balai Diklat kementerian Agama, Balai Diklat Pertanian, Lembaga Pengembangan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Maluku.

Sedangkan 4.000 warga Maluku diwajibkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, tetapi hal ini sulit dilakukan.

"Makanya kami meminta Kelompok Cipayung di Maluku untuk ikut membantu, terutama menyadarkan dan mengarahkan mahasiswa dan pelajar yang baru datang untuk secara sadar mengisolasi diri sendiri," katanya.

"Katong (kami) merasa isolasi mandiri ini akan berjalan optimal kalau mahasiswa dan pelajar yang baru kembali berperan aktif dan sadar untuk mengisolasi diri sendiri," katanya.

Dia meyakini para mahasiswa dan pelajar yang dimotori organisasi Kelompok Cipayung itu dapat menjadi simpul pentingnya suksesnya program isolasi mandiri sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus COVID-19.

"Jadi saat tiba di kampung halaman mereka bisa menjadi penggerak untuk mencegah penyebaran COVID-19 di desanya sendiri," ujarnya.

Sedangkan warga yang baru kembali dari bepergian dan tinggal di Kota Ambon sebagai kota heterogen, katanya, diharapkan dapat tunduk dan mengikuti aturan yang diberlakukan di RT/RW maupun kelurahan tempatnya bermukim.

Pimpinan organisasi Kelompok Cipayung di Maluku akan melakukan konsolidasi internal untuk mengoordinasikan kebijakan isolasi mandiri guna mencegah penularan wabah pandemi global tersebut, demikian Kasrul Selang, yang juga Sekda Provinsi Maluku itu.

Baca juga: Jumlah ODP COVID-19 di Maluku bertambah 12 orang

Baca juga: Gugus Tugas belum izinkan dua warga Jepang tinggalkan Ambon

Baca juga: Maluku batasi akses keluar masuk wilayah guna cegah penularan COVID-19

Baca juga: ACT-MRI Maluku lakukan disinfektan cegah COVID-19 di Kota Ambon



 

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020