Washington (ANTARA News) - Presiden AS Barack Obama, Sabtu minta Senat negara tersebut untuk mensahkan rancangan undang-undang energi bersih, dengan alasan bahwa negara yang berusaha untuk menggunakan energi bersih "akan menjadi negara yang memimpin ekonomi global abad ke-21".

Komentar itu tiba setelah Kongres AS Jumat mensahkan dengan margin suara tipis perundangan bersejarah untuk membatasi polusi yang dipersalahkan pada pemanasan global, yang memberi Obama kemenangan besar melalui perjuangan mati-matian.

Dengan perbandingan suara 219-212, para anggota parlemen menyetujui untuk pertama kalinya dalam sejarah AS untuk membatasi emisi karbon perangkap-panas dan menggeser ekonomi AS ke energi lebih bersih.

"Rancangan Undang-Undang Keamanan dan Energi Bersih Amerika" itu ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan 17 persen dari tingkatnya 2005 merata hingga 2020, dan 83 persen pada 2050, menciptakan pekerjaan-pekerjaan "hijau", dan menyapih ekonomi AS dari impor minyak.

Dalam pidato radio mingguannya, Obama mengatakan, RUU itu "satu bagian perundangan bersejarah yang akan membuka pintu ke ekonomi energi bersih dan masa depan yang lebih baik bagi Amerika".

Ia menyampaikan penyesalan bahwa selama beberapa dasawarsa para politisi AS telah mengeluhkan mengenai ketergantungan negara itu pada minyak asing hanya untuk melihat bahwa ketergantungan itu meningkat.

"Kita telah melihat ketergantungan kita pada bahan bakar fosil telah membahayakan keamanan nasional kita," kata Obama. "Kita telah melihat itu telah mengotori udara yang kita hirup dan membahayakan planet kita. Dan kebanyakan dari semua, kita melihat negara-negara lain menyadari kebenaran kritis: negara yang memimpin penciptaan ekonomi energi bersih akan menjadi negara yang memimpin ekonomi global abad ke21."

Di Senat, bagaimanapun, prospek bagi aksi tindakan terhadap rancangan undang-undang itu tahun ini tak jelas, dan musuh-musuh yang bicara terus terang di kongres mendekati pengaruh yang luas sekali.

Presiden minta senator untuk tidak takut akan masa depan dam untuk tidak menjadi masa lalu. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009