Jakarta (ANTARA) - Pada peringatan Hari Buruh Internasional pada tahun 2020 ini, LSM Kesatuan Perjuangan Rakyat menginginkan pemerintah dapat melakukan langkah-langkah nyata yang benar-benar memperkuat ekonomi produksi rakyat.

"Monopoli ekonomi oleh para elit harus segera diakhiri. Jika pemerintah meyakini bahwa tulang punggung ekonomi hari ini adalah produksi rakyat, maka agenda yang harus dilakukan adalah kembalikan seluruh sumber-sumber daya ekonomi ke tangan rakyat. Bangun kolaborasi dan solidaritas bersama organisasi lainnya dalam mewujudkan jaring produksi rakyat," kata Ketua Umum Kesatuan Perjuangan Rakyat, Herman Abdulrohman, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, belajar dari krisis ekonomi yang pernah terjadi sebelumnya, terbukti bahwa sekali lagi ekonomi rakyat adalah tulang punggung penyelamat krisis.

Baca juga: Cegah PHK massal, DPD ajak buruh dan pengusaha perangi COVID-19

Herman berpendapat bahwa ketika monopoli produksi yang dijalankan oleh model industri besar tidak dapat dijalankan, produksi rakyat justru telah menjadi garda terdepan dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara luas.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi pemerintah, pengusaha, dan buruh untuk bergandeng tangan membangkitkan perekonomian nasional.

"Jadikan momentum Hari Buruh untuk bergandeng tangan dengan pengusaha dan pemerintah," ujar Arief Poyuono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

May Day (Peringatan Hari Buruh Internasional), Arief mengatakan, harusnya menjadi ajang kegembiraan dan perjuangan para buruh. Namun, COVID-19 membuat Buruh kehilangan pekerjaan.

"Solusinya adalah pemerintah, pengusaha dan buruh harus bersatu membangkitkan kembali perekonomian," ucapnya.


Baca juga: Hari Buruh, penolakan Omnibus Law jadi isu utama serikat buruh

Menurut dia, dengan ekonomi nasional yang kembali bangkit, maka dapat tercipta lapangan kerja, kembali seperti sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Tahun ini, kata Arief, merupakan May Day yang kelam bagi keberlangsungan hidup para kaum buruh karena terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di seluruh dunia yang terbesar sepanjang sejarah mengalahkan peristiwa Depresi Akbar tahun 1932.

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimistis pertumbuhan ekonomi mulai kembali bangkit di triwulan ketiga dan keempat jika sesuai perencanaan bahwa pandemi COVID-19 kemungkinan cepat berakhir pada Juni.

Bahlil juga menambahkan bahwa untuk triwulan kedua pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mengalami penurunan akibat dampak negatif dari pandemi COVID-19.

Kendati demikian Kepala BKPM tersebut tetap optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini masih berada di atas angka empat persen.

Menurut Bahlil, masa COVID-19 ini merupakan masa untuk melakukan konsolidasi ke dalam dengan mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan proses, sehingga ketika pandemi COVID-19 selesai perekonomian Indonesia bisa langsung lepas landas.
 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020