Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengagumi novel berjudul Kidung karya budayawan Mohamad Sobary karena isinya mampu memberi kedamaian dan juga kritik kepemimpinan.

"Novel tersebut isinya cukup bagus tetapi sayang, di dalamnya tidak ada daftar isi sehingga untuk mengetahui isinya, pembaca harus membaca keseluruhan novel itu," kata Fahmi Idris saat peluncuran novel itu di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, novel setebal 262 halaman itu isinya penuh makna dan memiliki pandangan cukup luas sehingga pembaca pun di ajak merenung dan berpikir cerdas.

Ia mengungkapkan, kidung dalam arti sebenarnya adalah merupakan nyanyian menuju kedamaian. Namun kalau menyimak novel Kidung ini tidak hanya mendapatkan makna nyanyian tetapi juga retorika untuk terbentuknya sebuah negara.

Menurut Fahmi, novel tersebut bercerita juga mengenai perjalanan hidup sang penulis, namun ditokohkan dengan nama Man. Karena secara runut mereka mampu mengungkap peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di negeri ini.

Guru besar Filsafat Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof Apsanti mengatakan, kalau menyimak novel tersebut pembaca juga diajak untuk memaknai seorang kepemimpinan di kalangan militer dan perusahaan.

"Ungkapan itu secara vulgar diungkapkan pada halaman 244, yakni kepemimpinan militeristis bagus untuk militer begitu juga kepemimpinan perusahaan bagus untuk perusahaan, tetapi belum tentu bagus untuk kantor yang sifat dan orientasinya nonprofit," katanya.

Sementara Hermawan Kertajaya pakar manajemen mengatakan, novel itu tidak sekadar fiksi namun kalau dicermati adalah kenyataan yang terjadi sekarang, semisal masalah ekonomi atau pengelolaan lembaga swadaya masyarakat (LSM) berbasis manajemen.

"Kalau dulu era orde baru, LSM dianggap ancaman bagi pemerintahan namun sekarang lembaga tersebut sebagai mitra untuk mengeraikan perekonomian rakyat," katanya.(*)

Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009