Denpasar (ANTARA News) - Tari Pendet atau tari selamat datang yang lahir dan berkembang di Bali, sudah memasyarakat sejak sekitar setengah abad yang lalu, sehingga sangat mengagetkan apabila Malaysia belakangan mengklaim sebagai kebuduyaan miliknya.

"Tak lama setelah diciptakan oleh dua seniman Bali pada tahun 1950, Tari Pendet langsung memasyarakat sehubungan kerap dipakai menyambut kehadiran tamu-tamu penting di Pulau Dewata," kata Prof Dr I Wayan Dibia MA, guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin.

Sederet tamu penting, pada tahun 1950-an termasuk kedatangan Presiden Soekarno dan Wapres Bung Hatta, kerap disambut dengan Tari Pendet begitu mereka menginjakkan kaki di Bandara Ngurah Rai atau di kantor gubernuran di Denpasar.

Sehubungan dengan sering ditampilkan di depan presiden dan tamu negara lainnya, tidak mengherankan bila Tari Pendet begitu cepat memasyarakat, bahkan dikagumi berbagai kalangan dari belahan dunia.

Melihat kenyataan itu, Prof Dibia mengaku cukup kaget mendengar tari warisan leluhur bangsa Indonesia itu begitu saja diklaim milik Malaysia.

"Kami heran, dari mana asal-usulnya Malaysia bisa mengklaim Tari Pendet sebagai milik bangsanya itu," katanya.

Dari catatan yang ada, kata guru besar, yang membidangi seni karawitan di ISI Denpasar itu, Tari Pendek digagas dua seniman kelahiran Desa Sumertha, Kota Denpasar, yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng.

"Kedua seniman itu yang pertama kali mencetuskan Tari Pendet dengan menampilkan empat orang penari," ucapnya.

Pada awalnya, Tari Pendet disuguhkan kepada turis asing yang tiba di Bali, atau yang sedang menginap di sejumlah hotel.

Dikatakan, karena dinilai cukup mengesankan, tari tersebut kemudian juga digunakan untuk menyambut para pejabat negeri dan tamu-tamu penting negara.

Setelah cukup berkembang, pada tahun 1961 seniman I Wayan Beratha mengolah kembali Tari Pendet menjadi polanya seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya dari empat menjadi lima orang.

Kemudian tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menyuguhkan Tari Pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang. Tarian massal tersebut ditampilkan pada upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.

Melihat keberadaan karya seni yang sudah terlahir dan memasyarakat lebih dari setengah abad silam itu, Prof Dibia sangat mengharapkan pemerintah mampu mengambil langkah-kangkah guna menyematkan warisan busaya bangsa itu dari jeratan pihak asing.

"Pemerintah yang didukung berbagai komponen bangsa, harus secepatnya dapat mengambil langkah-langkah dan menjelaskan bahwa Tari Pendet benar-benar milik bangsa Indonesia, dalam hal ini terlahir di Pulau Dewata," ucapnya menandaskan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009