Pangkalpinang (ANTARA News) - Bisnis barang seken eks Singapura terutama aneka jenis perabotan sumah tangga (furniture) di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) tidak lagi bergairah, karena harga di negara asalnya makin tinggi sementara daya beli masyarakat makin melemah sehingga pedagang merugi.

"Kendala lainnya barang-barang eks Singapura sudah banyak mendapat saingan dari produk lokal yang baru dengan harga yang tidak jauh berbeda, meski dari segi kualitas barang-barang eks luar negeri itu tetap lebih baik hanya saja penampilan yang kurang gemerlap karena barang seken," ujar Mujiono, pedagang barang seken eks Singapura di kawasan Pelabuhan Pangkalbalam, Rabu.

Ia menjelaskan, harga barang seken di Singapura naik karena terjadi persaingan antarpembeli dari Indonesia yang berlomba-lomba saling menaikkan harga sehingga akhirnya para pengumpul barang seken yang tadinya hanya sekedar untuk mendapatkan uang menjadi usaha yang benar-benar mengharapkan keuntungan tinggi.

Selain persaingan pembeli dari Indonesia, para pengumpul dari Malaysia juga menyukai barang eks Singapura untuk dijual ke negaranya, sehingga harga barang seken semakin tinggi.

"Dulu para pengumpul barang bekas menawarkan barang yang diangkutnya dengan truk di jalan dengan harga murah, tetapi sekarang barang bekas setelah diturunkan dari apartemen langsung dikumpulkan dan diseleksi untuk dipatok harganya, sehingga kalau dari negeri asalnya harganya sudah tinggi bagaimana kita menjualnya dengan murah," ujar Mujiono bekas kapten kapal yang biasa membawa barang bekas dari Singapura.

Menurut dia, barang seperti kasur (spring bad) yang tiga tahun lalu bisa dibeli seharga Rp150 ribu - Rp200 ribu sekarang tidak kurang Rp600 ribu, sedangkan kasur yang dulunya seharga Rp250 ribu sampai Rp300 ribu sekarang dijual tidak kurang Rp900 ribu artinya kenaikannya rata-rata tiga kali lipat.

Bahkan ada kasur eks luar negeri merek Dunlupilo dan King Koil yang ukuran Jumbo harganya hingga Rp2 juta sehingga konsumennya terbatas bagi orang-orang yang fanatik dengan kualitas dan menyukai produk luar negeri. Demikian juga kursi tamu dan almari yang dulunya bisa dibeli seharga Rp2.500 ribu sampai Rp3 juta kini tidak kurang Rp5 juta.

Barang-barang elektronik seperti komputer eks Singapura yang dulu murah mendapatkan keuntungan kini payah karena harga di negeri asalnya tinggi sekali.

Ia menjelaskan, barang seken eks luar negeri antara lain spring bad (kasur), almari dan meja rias serta meja dan kursi eks luar negeri sudah bisa dibuat perajin di Pangkalpinang dan bahkan ada pabriknya yaitu Olympic dan PT Biclain Spring Bad, namun sebagian barang furniture didatangkan dari Jepara dalam bentuk ebras (jadi) dan mentah untuk dirakit para pedagang di Pangkalpinang.

Mengenai harganya, menurut dia hampir sama, tergantung kualitas barang bahkan terkadang barang seken lebih mahal dibandingkan barang baru produksi setempat, sehingga masyarakat memiliki dua pilihan yaitu membeli barang baru atau seken dengan harganya yang hampir sama namun kualitasnya berbeda.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009