jangan langsung kaget saat kasus positif melonjak
Jakarta (ANTARA) - Pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah meminta masyarakat melihat angka penambahan kasus positif COVID-19 dengan membandingkan jumlah spesimen yang diperiksa.

"Jangan melihat bulat-bulat apa yang di depan mata. Lihat lagi, penambahan kasus positif karena apa. Kasus positif bertambah karena pemeriksaan di lapangan bertambah," kata Dewi dalam bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang diikuti melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Senin.

Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 itu mengatakan ketika kemarin jumlah spesimen yang diperiksa 10 ribu, kemudian hari ini yang diperiksa 20 ribu, maka pasti akan ada lonjakan kasus positif.

Baca juga: Pemerintah terus pantau perkembangan epidemologi dan kesehatan daerah
Baca juga: Sosiolog: Ubah tingkat bahaya COVID-19 melalui kontrol yang ketat


Menurut Dewi, tenaga kesehatan di lapangan semakin agresif melakukan pemeriksaan. Bila sebelumnya yang diperiksa hanya pasien dalam pemeriksaan di rumah sakit, saat ini mulai turun ke lapangan dengan penelusuran kontak yang agresif.

"Jangan langsung kaget saat kasus positif melonjak. Lihat dulu pemeriksaannya. Saat ini, orang di zona merah juga diperiksa meskipun tanpa ada gejala," tuturnya.

Dewi mengatakan semakin banyak yang diperiksa, maka akan semakin didapat gambaran penyebaran COVID-19 di masyarakat.

Pemeriksaan yang semakin banyak juga harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas layanan kesehatan mulai dari tempat tidur di rumah sakit bagi pasien dengan tingkat keparahan tinggi hingga tempat isolasi di rumah sakit darurat bagi orang tanpa gejala atau gejala ringan.

"Yang bisa melakukan isolasi mandiri, lebih baik melakukan isolasi mandiri daripada memakai tempat tidur di rumah sakit. Tempat tidur di rumah sakit untuk pasien yang betul-betul perlu dirawat saja," katanya.

Baca juga: Pakar Epidemiologi : PSBB skala komunitas jauh lebih substansial
Baca juga: Pakar epideomolog: Kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19


Dewi mengatakan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi dan tingkat keparahan sebuah penyakit. Epidemiolog melihat siapa saja yang terinfeksi penyakit mulai dari jenis kelamin hingga usianya.

"Kalau dokter menghadapi individu-individu, epidemiolog lebih ke masyarakat untuk mencari titik risiko sehingga bisa melakukan pencegahan. Karena itu, data sangat penting," jelasnya. 

Baca juga: Pakar Untan benarkan VCO dapat membunuh Virus Corona
Baca juga: Pakar: Tren kasus COVID-19 menuju puncak kurva
Baca juga: Disiplin kolektif masyarakat penentu keberhasilan penanganan COVID-19

 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020