Indonesia sering disorot karena tes yang kita lakukan kurang masif
Jakarta (ANTARA) - Mesin uji spesimen untuk mendeteksi keberadaan virus corona penyebab COVID-19 yakni COBAS 6800 Systems, mampu melakukan uji terhadap 1.000 spesimen dalam waktu 24 jam sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengujian COVID-19 di Indonesia.

"Kami berbangga Lembaga Biologi Molekuler Eijkman melakukan terobosan pada hari ini menggunakan mesin yang nantinya bisa meningkatkan kapasitas 1.000 sampel per hari," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara Peresmian Pengoperasian Mesin Deteksi COVID-19 Cobas 6800 Fully Automated Molecular System Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang ditayangkan secara virtual, Jakarta, Kamis.

Sementara mesin untuk RT PCR yang biasa digunakan bisa melakukan uji untuk sekitar 400 sampel dalam sehari, maka dengan menggunakan COBAS 6800 Systems ada peningkatan 2,5 kali lipat uji sampel untuk deteksi COVID-19 dalam sehari.

Presiden Joko Widodo juga menargetkan tes COVID-19 dapat dilakukan hingga 30.000 spesimen per hari.

"Kita juga harus mengejar target WHO (Badan Kesehatan Dunia). Indonesia sering disorot karena tes yang kita lakukan kurang masif sehingga jumlah data 'infected' (terinfeksi), sembuh dan meninggal belum dianggap representatif," ujar Menristek Bambang.

Baca juga: Menristek: Kapasitas produksi alat tes COVID-19 lokal masih terbatas

Baca juga: Alat rapid test COVID-19 masih uji validasi di Jawa Tengah


COBAS 6800 Systems adalah sistem otomatisasi yang khusus didesain untuk pengerjaan aplikasi yang highthrouput, seperti perhitungan viral load, skrining darah, dan uji mikrobiologi lainnya.

COBAS 6800 Systems adalah mesin kedua di Indonesia, salah satunya ditempatkan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk keperluan deteksi SARS-CoV-2 dengan pendekatan molekuler/Nucleid Acid Amplification Testing (NAAT).

Pengujian SARS-CoV-2 menggunakan COBAS 6800 Systems telah disetujui untuk otorisasi penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).

Sistem otomasisasi meliputi sistem tertutup untuk ekstraksi RNA dan amplifikasi polymerase chain reaction (PCR) sampel klinis dengan kapasitas hingga 1000 pengujian dalam waktu 24 jam.

Sistem tersebut mampu meminimalisir kesalahan pre-analitik selama proses pemeriksaan COVID-19 serta mengurangi jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, jika dibandingkan dengan proses pemeriksaan PCR untuk deteksi COVID-19 secara manual.

Untuk mendukung percepatan penanganan COVID-19, perlu peningkatan kapasitas pengujian spesimen termasuk peralatan yang mendukung di seluruh wilayah Indonesia khususnya zona merah.

Baca juga: Lembaga Eijkman: Pengembangan vaksin COVID-19 berjalan sesuai jadwal

Baca juga: Eijkman: Antigen kandidat vaksin COVID-19 Indonesia selesai Oktober

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020