Penyebaran akan diprioritaskan di wilayah yang selama ini menjadi daerah kontrol atau sama sekali belum pernah dilakukan penyebaran nyamuk ber-wolbachia
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama World Mosquito Program akan melanjutkan penyebaran nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia untuk mendukung upaya pencegahan demam berdarah (DB) di kota tersebut.

“Penyebaran akan diprioritaskan di wilayah yang selama ini menjadi daerah kontrol atau sama sekali belum pernah dilakukan penyebaran nyamuk ber-wolbachia,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Kamis.

Daerah kontrol yang menjadi sasaran penyebaran nyamuk berada di Kecamatan Kotagede yang akan dilakukan pada Agustus diawali dengan sosialisasi ke masyarakat.

Setelah dilakukan di daerah kontrol, penyebaran nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia juga akan dilanjutkan di wilayah lain yang populasi nyamuk ber-wolbachia masih kurang dari 40 persen.

Program penyebaran nyamuk ber-wolbachia di Yogyakarta tersebut merupakan bagian dari program penelitian yang dilakukan World Mosquito Program (WMP) sejak 2016 diawali dari Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan dan selanjutnya meluas ke sejumlah kelurahan lain di Kota Yogyakarta.

Total wilayah yang akan menjadi daerah penyebaran nyamuk ber-wolbachia adalah 29 kelurahan di 11 kecamatan di antaranya Pakualaman, Gedongtengen, Gondokusuman, Gondomanan, Jetis, Kotagede, Kraton, Mantrijeron, Mergangsasn, Ngampilan, Danurejan, dan Umbulharjo.

Berdasarkan hasil penelitian WMP, penyebaran nyamuk ber-wolbachia tersebut mampu menekan hingga sekitar 79 persen kasus demam berdarah dengue di Kota Yogyakarta.

Meskipun demikian, Yudiria mengatakan, upaya pencegahan penularan demam berdarah dengue tidak hanya bisa dilakukan dengan penyebaran nyamuk ber-wolbachia saja tetapi tetap harus diikuti upaya lain yaitu pemberantasan sarang nyamuk, mengintensifkan “community deal”, juru pemantau jentik dan inovasi lain yang digagas masyarakat termasuk gerakan 4M Plus.

Gerakan 4M adalah menutup penampungan air, menguras penampungan air, mengubur barang bekas, dan memantau jentik sepekan sekali, sedangkan plus adalah upaya tambahan untuk mencegah penularan DB seperti menghindari gigitan nyamuk, menggunakan anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk serta upaya lainnya.

Hingga Juli, total kasus demam berdarah dengue di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 249 kasus tanpa kematian atau berada di peringkat keempat di DIY.

“Sempat terjadi kenaikan kasus pada Februari sebanyak 72 kasus tetapi kemudian terus turun bahkan pada Juni hanya ada 10 kasus,” katanya.

Meskipun demikian, terjadi pergeseran wilayah yang biasanya tidak mencatatkan banyak kasus, tetapi kemudian mengalami kenaikan seperti di Gedongkiwo yang menjadi wilayah dengan kasus terbanyak pada tahun ini dengan 26 kasus.

“Wilayah yang biasanya mencatatkan kasus cukup banyak, pada tahun ini justru berkurang seperti di Brontokusuman,” demikian Yudiria Amelia.

Baca juga: Yogyakarta uji metode wolbachia untuk kendalikan DBD

Baca juga: Dinkes minta masyarakat DIY gencarkan PSN tekan kenaikan kasus DBD

Baca juga: Puluhan warga Gunung Kidul terserang DBD

Baca juga: Yogyakarta tetap waspadai penularan DBD meski kasus turun


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020