Beirut (ANTARA) - Bank sentral dan negara bagian Lebanon memiliki kapasitas keuangan "sangat terbatas" untuk menghadapi dampak ledakan gudang pelabuhan yang menghancurkan Beirut tanpa bantuan luar negeri, kata menteri ekonomi Lebanon, Kamis.

"Kapasitas negara sangat terbatas, begitu juga dengan bank sentral dan bank-bank lainnya. Kami tidak bergelimangan uang dolar," kata Menteri Ekonomi Raoul Nehme dalam pernyataannya kepada stasiun televisi Sky News Arabia.

Dia mengatakan banyak negara bergegas untuk membantu, dan nilai kerusakan akibat ledakan mencapai miliaran dolar AS.

Untuk itu, dia mengatakan bahwa bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) adalah satu-satunya jalan keluar untuk Lebanon, yang sudah bergulat dengan krisis dolar dan krisis keuangan sebelum ledakan terjadi di Beirut pada Selasa (4/8).

Sedikitnya 135 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka dalam ledakan pada Selasa (4/8) di pelabuhan Beirut.

Insiden itu juga menyebabkan sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah beberapa ledakan susulan mengguncang banyak bangunan.

Masih belum ada kejelasan apakah bencana itu akan mengubah negosiasi alot Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

IMF dan Lebanon sejak Mei telah mencoba menyusun paket dana talangan lebih luas untuk membendung krisis keuangan, yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara 1975-90.

Perundingan tersebut macet di tengah ketidaksepakatan mengenai skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.


Sumber: Reuters
Baca juga: Pengadilan mantan PM Lebanon ditunda karena ledakan Beirut
Baca juga: Bank Dunia siap kerahkan dana pemulihan pascaledakan Beirut
Baca juga: Korban jiwa ledakan Beirut bertambah menjadi 135 orang

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020