Koba, Bangka Tengah (ANTARA News) - Produksi timah PT Kota Tin di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, tahun ini tidak mencapai target karena berkurangnya lahan kontrak karya.

"Produksi balok timah PT Kota Tin pada periode 2009 tidak mencapai target karena terkendala beberapa faktor," ujar Direktur Community Development dan Public Speaking Kota Tin, Darmansyah, di Koba, Kamis.

Ia mengatakan, target produksi perusahaan yang 75 persen sahamnya dikuasai Kajuara Mining Corporation asal Australia dan 25 persen oleh PT Timah Tbk itu tahun ini ditetapkan 7.000 ton balok timah.

"Namun produksi balok timah pada periode 2009 hanya mencapai 6.000 ton balok timah," katanya.

Menurut dia, tidak tercapainya target PT Kota Tin tersebut disebabkan berbagai faktor seperti semakin berkurangnya kontrak karya (KK) PT Kota Tin yang merupakan lahan kuasa pertambangan timah mereka.

"Luas KK PT Kota Tin sudah menipis sehingga sulit untuk mencapai target," katanya.

Ia mengatakan, selain faktor tersebut, faktor berkurangnya kandungan timah pada lahan pertambangan juga menjadi penyebab tidak tercapainya target tersebut.

"Sumber daya alam yang semakin menipis juga menjadi penyebab," katanya.

Menurut dia, tidak tercapainya target PT Kota Tin juga disebabkan oleh beberapa kendala teknis seperti terjadinya kebanjiran pada lahan pertambangan maupun insiden kebocoran tabung produksi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Bangka Tengah, Ruslan Jaya, produktivitas timah pada 2009 memang mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

"Persentase produksi timah pada periode sebelumnya dapat mencapai 70 persen namun pada 2009 hanya mencapai 45 persen," katanya.

Ia mengatakan, menurunnya produksi timah dari berbagai sektor disebabkan oleh berbagai faktor dan salah satunya dampak dari diterbitkannya UU Minerba atau UU nomor 4 tahun 2009.

"Dengan diberlakukannya UU minerba menggantikan UU nomor 11 tahun 1967 maka penertiban usaha pertambangan timah menjadi berubah sehingga berdampak pada turunnya produksi timah terutama pada pertambangan skala kecil," katanya.

Menurut dia, selain aturan pertambangan, faktor persediaan kandungan timah di daerah itu yang terus menipis juga menjadi faktor turunnya produksi timah pada 2009.

"Ongkos produksi pertambangan timah sangat tinggi sedangkan timah yang didapat belum tentu berjumlah dalam skala besar karena kandungan timah yang telah semakin menipis sehingga hal ini menjadi penyebab menurunnya aktivitas pertambangan timah," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009