mereka akan mampu berpikir kritis di sekolah
Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan keluarga memiliki peran penting dalam menghadirkan iklim literasi di rumah.

"Ini bukan soal pertarungan antara teknologi melainkan penanaman budaya. Aktivitas anak lebih banyak di rumah dibandingkan sekolah. Berikan contoh membaca di setiap ada kesempatan di rumah. Masa depan mereka ada di rumah," ujar Syarif Bando dalam Webinar Membentuk Generasi Literat Dimulai Dari Keluarga, pada Rabu.

Oleh karena itu, keluarga memiliki peran penting dalam menumbuhkan iklim literasi di rumah.

Ada tiga aplikasi di Perpustakaan Nasional yang bisa dimanfaatkan melalui gawai. Pertama, Indonesia OneSearch (IOS) yakni interoperobilitas yang menghubungkan ketersediaan koleksi dari berbagai jenis perpustakaan di Indonesia.

Kedua, e-khastara, yang berisikan koleksi naskah/manuskrip buah peradaban dan kejayaan budaya Indonesia di masa lalu. Dan ketiga, iPusnas yang berisikan koleksi buku digital yang bisa di download dan dibaca full teks.

Orang tua bisa memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa mencari informasi melalui internet ibarat berselancar di gelombang yang penuh ketidakpastian. Sedangkan, mencari informasi melalui buku-buku bacaan mengajak manusia tidak hanya pandai secara tekstual tapi juga kontekstual.

Baca juga: Literasi tingkatkan kreativitas masyarakat pada era normal baru

Baca juga: Perpusnas : Perpustakaan desa tingkatkan produktivitas masyarakat


"Jika anak-anak bisa memahami dengan baik apa yang dibacanya, maka mereka akan mampu berpikir kritis di sekolah. Nalar berpikirnya terbentuk. Cara pandangnya rasional. Penyelesaian yang diambil selalu tepat. Di sinilah andil para orang tua untuk mendampingi, menemani mereka dalam aktivitas literasi," tambah Syarif Bando.

Untuk itu, penting untuk membuat semacam gerakan baca di rumah mulai dari menghidupkan iklim literasi di keluarga, menghadiahkan buku bacaan atas raihan prestasi anak sehingga mereka tidak mudah terpola modernisasi yang kebablasan, penyajian informasi yang menyesatkan yang bisa berdampak pada pembentukan kualitas pikir dan kemampuan mereka pada masa depan.

"Membaca bukan hanya kewajiban individu atau keluarga tetapi merupakan investasi jangka panjang yang mampu mengubah peradaban dunia. Dan tatanan dunia akan berubah sesuai dengan kualitas sumber daya manusia," tambah dia lagi.

Bunda Literasi Kota Bogor, Yane Ardian, mengatakan anak-anak harus diberi pemahaman kalau membaca akan memberikan banyak manfaat.

"Tapi, jika dibiarkan tanpa pendampingan mereka akan malas-malasan," kata Yane.

Yane mengaku kerap menemukan sejumlah alasan kenapa anak-anak kurang menggemari membaca. Mayoritas jawaban yang dilontarkan mereka adalah karena kurangnya keteladanan dari para orang tua dan pendampingan.

"Padahal mereka (orang tua) punya peran penting. Sesederhana itu, " ungkap Yane.

Yane menekankan para orang tua sedari dini bisa menekankan mengenai pentingnya membaca itu pada anak.Membekali mereka dengan buku sama dengan memberikan mereka bekal untuk mencapai cita-cita.

"Kampanye ini tidak akan maksimal jika kita tidak tahu manfaatnya . Jadi, bukan sekedar seremoni," jelas dia lagi.

Baca juga: Perpusnas: Pustakawan berperan membentuk budaya literasi

Baca juga: Perpusnas luncurkan buku perjalanan meningkatkan literasi masyarakat

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020