Semua rasa itu yang mempersatukan bangsa
Jakarta (ANTARA) - MPR RI menggelar sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kota Pekanbaru, Riau pada Sabtu (22/8) malam dengan menggunakan metode pagelaran seni budaya Melayu, bukan untuk memberi hiburan semata, namun juga bertujuan ikut melestarikan seni budaya itu sendiri.

"MPR yang menyelenggarakan pagelaran seni budaya ini bukan untuk memberi hiburan semata, namun juga bertujuan ikut melestarikan seni budaya itu sendiri," kata Kepala Biro Humas Setjen MPR Siti Fauziah dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Siti menjelaskan tujuan utama sosialisasi adalah memberikan pemahaman tentang pentingnya Empat Pilar yang terdiri dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Menurut dia, pelestarian seni budaya itu penting karena di dalamnya terkandung semua unsur untuk kehidupan berbangsa, yaitu tontonan, tuntunan, dan juga hiburan.

"Karena itu, saya mengajak para peserta dan tamu undangan untuk terus menjaga seni budaya agar jangan sampai punah," ujarnya lagi.

Anggota MPR dari Kelompok DPD asal Riau Intsiawati Ayus ketika membuka pagelaran seni di Pekanbaru mengatakan seni budaya diciptakan untuk memberi rasa senang.

Dia mengatakan seni diciptakan dengan senang dan dinikmati dengan senang pula, jadi antara karya seni dan penikmat seni sama-sama senang, sehingga tercipta harmonisasi, rasa senang, dan bahagia.

Lebih dari itu, menurut Intsiawati, seni dapat mempertajam rasa kemanusiaan, nasionalisme, dan patriotisme.

"Semua rasa itu yang mempersatukan bangsa, siapa yang tidak berseni, dia termasuk tidak kreatif dan tidak aspiratif. Ibarat sayur tanpa garam," katanya lagi.​​​​​

Intsiawati yang biasa disapa Iin itu mengaku bangga bahwa seni budaya Melayu termasuk warisan budaya nusantara yang adiluhung sebagai wujud dari kebhinekaan Indonesia.

Apalagi, menurut dia, tujuan dari sosialisasi adalah untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Empat Pilar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Jadi berbicara soal tatanan kehidupan tentu yang dituju adalah nilai. Saat bicara Pancasila, nilai yang dituju adalah moral dan etika, lalu bicara soal UUD NRI Tahun 1945 sasarannya adalah tatanan hukum," ujarnya pula.
Baca juga: MPR: Ponpes tempat pelatihan jadi warga negara yang baik


Menurut dia, kalau berbicara terkait NKRI yang bentangannya dari Sabang sampai Merauke, nilai yang dituju adalah rasa nasionalisme dan patriotisme, "Cubit Sabang, Merauke menjerit".

Dia mengatakan kalau bicara Bhinneka Tunggal Ika, maka nilai yang ingin dicapai adalah saling menghormati dan saling menghargai, itu adalah nilai-nilai Empat Pilar yang menjadi karakter bangsa.

Pagelaran Seni Budaya Melayu itu menampilkan tari kolosal yang merupakan rangkaian tarian-tarian nusantara, tampil beturut-turut tanpa jeda, seperti Tari Piring (Sumatera Barat), Tari Tor-tor (Sumatera Utara), Tari Ondel-ondel (Betawi, Jakarta), Tari Bali, Tari Kipas (Sulawesi Selatan), dan Tari Sajojo (Papua).

Tidak ketinggalan kesenian Melayu, seperti silat, Tari Persembahan, Tari Lancang Kuning, puisi, dan lagu-lagu perjuangan dibawakan oleh grup musik yang tergabung dalam Komunitas Kampung Musisi Pekanbaru.
Baca juga: Gus Jazil ajak masyarakat perkuat Pancasila untuk bangun bangsa


Tamu undangan yang hadir dalam pagelaran seni budaya Melayu Riau selain Intsiawati Ayus, juga dihadiri Ketua Fraksi Golkar MPR Idris Laena, anggota MPR Fraksi PDI Perjuangan Sadarestuwati, dan Sekretaris Fraksi PKB MPR Eem Marhamah Zulfa Hiz.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020