Jakarta (ANTARA) - MPR RI melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR melalui pagelaran seni budaya di kompleks Panggung Ziarah Kesenian Datok Jantan (ZK Toktan) di Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (23/8).

Berdasarkan siaran pers di Jakarta, Selasa, dijelaskan, ZK Toktan selaku tuan rumah penyelenggaraan sosialisasi Empat Pilar MPR kali ini merupakan sebuah komunitas yang membina beragam kegiatan seni budaya dan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah).

Acara Sosialisasi Empat Pilar MPR ini sendiri diinisiasi oleh Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI Idris Laena.

Baca juga: MPR beri pemahaman nilai Empat Pilar melalui pagelaran seni budaya

Karena berbalut pagelaran budaya, sosialisasi ini pun terasa lain dari biasanya, jauh dari nuansa formal, melainkan berlangsung santai, dan acaranya sengaja dibuat mengalir bagaikan air. Tamu yang datang disambut oleh penari dengan sekapur sirih sebelum duduk.

Kalau bisanya acara seperti ini diselenggarakan di gedung atau ruangan ber-AC, kali ini mengambil tempat di lahan kosong beratapkan tenda, dan di sekelilingnya banyak terdapat pepohonan.

"Di Panggung Toktan tidak mengenal rundown acara. Setiap acara yang diselenggarakan di sini harus mengikuti peraturan AD/ART yang berlaku di Panggung Toktan," kata H.A. Aris Abeba, penyair dan pendiri Panggung Toktan.

Kakek 64 tahun yang biasa dipanggil Datok Jantan oleh cucu-cucunya ini berperan sebagai pembawa acara dalam kegiatan sosialisasi itu.

Ir. H.M. Idris Laena yang juga Ketua Badan Penganggaran MPR cukup menikmati suasana itu. Ia hadir bersama anggota MPR lainnya, yaitu Dr. Intsiawati Ayus, S.H., M.H. (Kelompok DPD), Sadarestuwati, S.P., M.MA. (Fraksi PDI Perjuangan), dan Eem Marhamah Zulfa Hiz, S.Th.I. (Fraksi PKB).

Baca juga: MPR: Ponpes tempat pelatihan jadi warga negara yang baik

Sementara itu, dari Setjen MPR hadir Kepala Biro Humas Setjen MPR, Siti Fauziah, S.E., M.M. bersama jajarannya.

Selain itu, cukup banyak tokoh yang hadir dalam acara ini, antara lain H.R. Maizir M.I.T. (Ketua Raja Indragiri), Dr. H. Khaidir (Ketua Umum Forum Komunikasi Masyarakat Riau), R. Yose R. Zein (Kadis Kebudayaan Provinsi Riau), Fauzi Kadir (Tokoh Masyarakat Riau), dan Dheni Kurnia (penyair).

Hadir pula Kepala Biro Administrasi dan Pengawasan Setjen MPR Maifrizal, S.E., M.M., Akt., serta Kepala Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Sekretariat Badan Penganggaran MPR Rharas Esthining Palupi.

Setelah dihibur oleh lagu-lagu yang disajikan oleh komunitas penyanyi jalanan, acara demi acara pun berlangsung.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian diselingi acara musikalisasi puisi.

Puisi berjudul "Talang di Langit Palestina" karya Dheni Kurnia dibawakan oleh Qorry Islami, putri Aris Abeba, diiringi petikan gitar Syahfitra, yang tak lain suami dari Qorry.

Puisi dibawakan dengan penuh penghayatan dan menyayat perasaan, membuat peserta sosialisasi yang mendengarkan ikut larut dalam keharuan.

Baca juga: Gus Jazil ajak masyarakat perkuat Pancasila untuk bangun bangsa

Setelah itu, pembawa acara mempersilakan Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah maju menyampai kata sambutan. Tidak seperti biasanya pula, sambutan harus disampaikan sambil duduk di kursi.

"Aturan di sini memang begitu, untuk perempuan harus duduk, tak boleh sambil berdiri," ujar Aris Abeba.

Syarat lainnya, sebelum dan sesudah menyampaikan kata sambutan harus berpantun.

Ketika Idris Laena maju ke atas panggung menyampaikan materi sosialisasi, ketentuan yang berlaku lebih longgar.

"Karena Pak Idris laki-laki, boleh berdiri dan boleh duduk," ujar Aris Abeba.

Hanya saja politikus Partai Golkar yang sudah empat periode menjadi anggota legislatif memilih sambil duduk. Akan tetapi, Idris Laena juga diminta mengawali pidatonya dengan pantun.

Baca juga: Gus Jazil gunakan 'Gowes To Nation' sosialisasi empat pilar MPR

Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah dalam laporannya selaku pelaksana sosialisasi menjelaskan bahwa MPR memilih pagelaran seni budaya sebagai salah satu metode sosialisasi dengan tujuan untuk ikut melestarikan seni budaya daerah.

MPR RI berharap agar seni budaya Indonesia tidak sampai punah. Siti Fauziah juga mengucapkan terima kasih kepada datok yang sudah ikut menjaga melestarikan seni budaya kepada generasi di bawahnya.

Ia mengimbau semua yang hadir untuk ikut juga menjaga serta melestarikan seni budaya yang dimiliki bangsa.

"Hal ini penting dilakukan karena di dalam seni budaya ada terdapat tuntunan, panutan, dan tentunya tontonan," ujar Siti Fauziah.

Selanjutnya, sebagai narasumber, Idris Laena memaparkan tentang tugas dan wewenang MPR.

Selain melakukan tugas-tugas konstitusional, kata Kepala Badan Penganggaran MPR ini, MPR juga diberi amanat oleh undang-undang untuk menyosialisasikan nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga: MPR ajak artis film sosialisasikan Empat Pilar

Bukan hanya itu, menurut politikus Partai Golkar asal Riau ini, MPR juga ditugaskan mengkaji sistem ketatanegaraan Indonesia apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan konsep yang ada atau belum.

Sesuai dengan tugas konstitusionalnya, MPR dapat mengubah UUD, asal sesuai dengan ketentuan yang ada. Hanya saja ada konsensus bahwa yang tak boleh diubah adalah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

Dalam kesempatan itu, Idris Laena juga menceritakan tentang pengalaman spiritualnya ketika melakukan kunjungan ke beberapa negara di Timur Tengah yang selalu bergolak, seperti Lebanon, Palestina, Yordania, dan Syiria.

Berdasarkan pengalaman spiritual, Idris menjadi tahu bahwa yang menjadi penyebab pergolakan itu terjadi pemicunya adalah konflik internal di negara-negara itu.

Begitu juga saat melakukan kunjungan ke Rusia. Di negara ini, Idris menyaksikan di negara komunis itu terdapat gereja Kristen Ortodok peninggalan kerajaan yang telah mengusai Rusia selama 300 tahun. Saat itu, menurut Idris, agama sangat berpengaruh.

Baca juga: Bamsoet ajak generasi muda sikapi era disrupsi dengan bijak

Namun, setelah agama dijadikan alat kekuasaan, timbul gerakan yang dimotori Marxisme dan Leninisme, dan Rusia pun menjadi negara komunis.

Jadi, menurut Idris Laena, apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dan juga Rusia itu karena mereka tidak memiliki konsensus yang dibuat secara bersama-sama, diakui oleh rakyat, kemudian dapat menyatukan mereka.

"Alhamdulillah, kita punya yang namanya Empat Pilar Kebangsaan yang dapat mempersatukan bangsa yang berpenduduk 260 juta ini," ungkap Idris Laena.

Idris Laena kemudian menutup pidato dengan membacakan sebuah puisi yang bercerita tentang melawan asap, berjudul Negeri di Atas Awan.

Setelah memberikan pidato, Idris diminta untuk membubuh coretan di atas kain putih yang disiapkan di pojok panggung.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020