Saya ingin rumah sakit berstandar internasional seperti John Hopkins yang berada di Amerika Serikat, ada cabang nya di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencari investor untuk membangun rumah sakit berkelas internasional guna mendukung rencana pemerintah mengembangkan wisata medis di Indonesia.

Menurut Luhut, perlu adanya dukungan dari pemerintah melalui promosi masif serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti membangun rumah sakit internasional hingga mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri sehingga kualitas dan tarif layanan medis Indonesia bisa sebanding dengan negara-negara yang lebih dulu melakukan hal itu.

"Saya ingin rumah sakit berstandar internasional seperti John Hopkins yang berada di Amerika Serikat, ada cabang nya di Indonesia. Maka dari itu, saya meminta kepada BKPM untuk dapat mencari investor potensial guna membangun rumah sakit berkelas internasional di Jakarta, Bali, dan Medan," katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya di Jakarta, Jumat.

Luhut mengatakan pemerintah juga akan mempertimbangkan izin untuk dokter asing, namun harus sesuai kebutuhan. Dokter asing nantinya tidak hanya sekadar datang, tetapi berkolaborasi dengan para dokter dan tenaga medis lokal sehingga nantinya rumah sakit menjadi "teaching hospital" dan mereka harus diasistensi selalu oleh dokter-dokter spesialis dari Indonesia.

"Saya juga mengusulkan kepada K/L terkait untuk mengkaji peraturan yang memungkinkan dokter asing bekerja di Indonesia dengan mempertimbangkan komposisi dan durasi izin bekerja, serta nilai tambahnya," katanya.

Ia berharap momentum krisis pandemi bisa betul-betul dimanfaatkan untuk membenahi infrastruktur, fasilitas penunjang, serta regulasi layanan kesehatan di Indonesia agar bisa lebih baik lagi dengan menciptakan perencanaan yang bagus dan terpadu untuk industri wisata medis dalam negeri.

Luhut mengatakan rencana pengembangan wisata medis dilakukan lantaran berdasarkan analisa PwC pada 2015, Indonesia merupakan negara asal wisatawan medis dengan jumlah 600.000 orang, terbesar di dunia mengalahkan Amerika Serikat dengan 500.000 orang wisatawan medis di tahun yang sama.

Warga Indonesia memilih perawatan medis ke luar negeri dengan alasan kurang mempunyai layanan medis domestik untuk menyembuhkan penyakit-penyakit khusus.

Pertimbangan lainnya, yakni fakta bahwa rata-rata pengeluaran wisatawan medis sebesar 3.000 dolar AS hingga 10.000 dolar AS per orang. Di sisi lain, jumlah wisata medis secara global juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Ada pula pengalaman dari seorang dokter mata mengenai pasien yang biasa berobat ke Singapura sekarang berobat ke Indonesia karena mereka kurang nyaman dengan adanya karantina.

"Melihat fakta-fakta di atas, saya kira pengembangan wisata medis di Indonesia menjadi sangat realistis, dan saya rasa perlu kita bangun distrust tentang pengalaman berobat di luar negeri guna menumbuhkan rasa percaya wisatawan medis Indonesia, dan yang paling penting bagi saya adalah lewat industri wisata medis ini, kita mampu melakukan diversifikasi ekonomi, menarik investasi luar negeri, penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan industri layanan kesehatan di Indonesia, serta menahan laju layanan kesehatan serta devisa kita agar tidak mengalir ke negara-negara yang lebih sejahtera," kata Luhut.

Baca juga: Kemenko Marves dorong pengembangan wisata medis
Baca juga: NTB luncurkan wisata medis pertama di Indonesia



 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020