masyarakat jangan hanya menjadi penonton, namun dengan harus mampu menangkap peluang usaha
Kulon Progo (ANTARA) - Bupati Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarya, Sutedjo memperkirakan pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di wilayah ini hingga di atas dua digit.

Sutedjo di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan sebelum 2018 pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo berkisar antara 4 persen hingga 5,2 persen, tapi dengan adanya Bandara Internasional Yogyakarta bisa tumbuh menjadi 11,3 persen pada 2018 atau di atas DIY yang pertumbuhannya sebesar 7 persen.

Selanjutnya, pada 2019 pertumbuhan ekonomi sebesar 10,83 persen, sedangkan pada masa pandemi COVID-19 ini tetap pada pertumbuhan ekonomi yang mengarah positif.

"Kabupaten Kulon Progo sebelumnya tercatat sebagai daerah angka kemiskinannya lebih tinggi dari lima kabupaten/kota di DIY. Namun sejak 2018, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo yang berada di atas dua digit atau tertinggi di DIY," kata Sutedjo.

Ia menjelaskan pada awal pemerintah pusat menetapkan Kabupaten Kulon Progo sebagai lokasi pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta, banyak penolakan warga yang tidak merelakan lahannya untuk pembangunan bandara. Namun setelah dilihat dalam perkembangannya, banyak dampak positif yang didapat oleh masyarakat.

Meski begitu, Pemkab Kulon Progo memiliki pekerjaan berat dalam mendorong masyarakat untuk memanfaatkan peluang usaha atas pengoperasian  Bandara Internasional Yogyakarta. Masyarakat harus mampu menangkap peluang adanya bandara untuk berusaha sesuai kemampuan dan potensi lokal.

Ia berharap masyarakat jangan hanya menjadi penonton, namun dengan harus mampu menangkap peluang usaha.

"Kami selalu mengajak dan mengingatkan masyarakat Kulon Progo memanfaatkan Bandara Internasional Yogyakarta sebagai potensi untuk menangkap peluang di semua sektor sesuai kemampuan. Jangan jadi penonton," katanya.

Kabag Perekonomian Setda Kulon Progo Adnan Widodo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi wilayah ini pada masa pandemi COVID-19 masih positif berkisar di atas 3 persen meski di DIY pada triwulan pertama minus 0,17 persen.

Ia mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi di atas 30 persen, yakni pada 2019 pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 7,51 persen, sedangkan di Kulon Progo mencapai 10,84 persen, sedangkan pada triwulan pertama di DIY minus 0,17 persen atau turun 7,68 persen.

Ia mengatakan penurunan pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi COVID-19 ini disebabkan berhentinya pembangunan infrastruktur dalam mega proyek di Kulon Progo, seperti perhotelan hingga pembangunan jalur kereta bandara, serta proyek infrastruktur daerah yang anggarannya terkena refocusing untuk penanganan COVID-19.

"Pada triwulan ketiga III 2020 proyek infrastruktur mulai berjalan kembali. Kami berharap mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo supaya tidak minus," katanya.

Adnan juga mengatakan pertumbuhan ekonomi Kulon Progo bisa diproyeksikan positif dengan meningkatkan daya beli masyarakat. Program bantuan sosial tunai (BST), bantuan pangan non tunai (BPNT), hingga bantuan sosial lainnya dapat mempertahankan daya beli masyarakat pada masa pandemi COVID-19.

"Kami optimistis berbagai program bantuan sosial dari pemerintah pusat hingga kabupaten dapat menstabilkan daya beli masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat positif, begitu juga laju inflasi dapat dikendalikan," katanya.

Namun, beroperasinya Bandara Internasional Yogyakarta belum sepenuhnya mampu memulihkan pertumbuhan pada sektor jasa transportasi.

"Meskipun jumlah penumpang  atau pengguna jasa penerbangan di Bandara Internasional Yogyakarta sudah terjadi lonjakan, namun belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi, karena jasa transportasi belum berkembang sesuai harapan," katanya.
Baca juga: Gunung Kidul harapkan Bandara YIA dongkrak kunjungan wisatawan
Baca juga: Kapasitas Bandara Yogyakarta capai 11 kali dari Adisutjipto

Pewarta: Sutarmi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020