New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh hampir dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS yang mengejutkan pekan lalu, sebagian terkait dengan pengurangan yang sedang berlangsung di kilang-kilang Teluk Meksiko setelah Badai Laura.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 73 sen atau 1,8 persen, menjadi menetap di 40,06 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober berkurang 75 sen atau 2,0 persen, menjadi menetap di 37,30 dolar AS per barel.

Setelah penutupan pasar, WTI secara singkat diperdagangkan turun lebih dari satu dolar AS per barel dan Brent turun sebanyak 99 sen.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah naik dua juta barel pekan lalu.

Itu mengonfirmasi arah kenaikan tiga juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API), tetapi mengejutkan dibandingkan dengan penurunan 1,3 juta barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters.

"Data minyak mentah hari ini tampak bearish ... dengan satu-satunya elemen pendukung adalah fakta bahwa kenaikan dua juta barel kurang dari yang diindikasikan oleh API," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois. Ia mencatat harga bisa turun lebih lanjut kecuali penyuling-penyuling Teluk Meksiko segera beroperasi kembali sepenuhnya setelah ditutup karena Badai Laura.

Kontrak berjangka Brent dan WTI turun ke level terendah sejak pertengahan Juni awal pekan ini dan tetap berada di wilayah oversold selama beberapa hari terakhir. Relative Strength Index (RSI) Brent berada di bawah 30 untuk hari kelima berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Maret.

Di China, Bank ANZ mengatakan impor minyak kemungkinan akan turun karena kilang independen mencapai kuota maksimumnya.

Dalam tanda bearish lebih lanjut, pedagang komoditas terkemuka memesan kapal tanker untuk menyimpan minyak mentah dan solar.

Stok yang meningkat terjadi menjelang pertemuan pada 17 September dari panel pemantauan pasar Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

"Meskipun harga minyak turun baru-baru ini, kami berpikir bahwa kepemimpinan OPEC+ akan terus mengarahkan upayanya untuk mengamankan kepatuhan yang lebih baik daripada mendorong pemotongan lebih dalam pada tahap ini," kata analis RBC.

Baca juga: Harga minyak naik dari terendah 3 bulan, dibayangi kebangkitan Corona
Baca juga: Minyak Brent anjlok di bawah 40 dolar AS setelah Saudi pangkas harga
Baca juga: Minyak jatuh setelah Saudi memangkas harga, China memperlambat impor

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020