Indonesia perlu mengambil peran pada ekonomi yang saat ini banyak dilirik negara-negara di dunia.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong inovasi teknologi keantariksaan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.

"Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam harus memaksimalkan potensi dan upaya untuk menuju Indonesia Emas 2045. Selama ini kita hanya terpaku apa yang ada di permukaan bumi dan mulai masuk ke permukaan laut saja, tapi tentunya kita tahu di udara sampai antariksa. Sebenarnya itu adalah bagian sumber daya alam kita yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal," kata Menristek Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan Menristek saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Virtual Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa V (SINAS KPA V).

Menristek Bambang mengatakan nilai ekonomi antariksa global diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih dari 1 triliun dolar AS per tahun pada 2040. Oleh karena itu, Menteri Bambang menilai Indonesia perlu mengambil peran pada ekonomi yang saat ini banyak dilirik negara-negara di dunia.

Menteri Bambang menuturkan sejumlah langkah pendekatan yang dapat dilakukan dalam menatap eksplorasi angkasa luar dengan memanfaatkan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang adaptif terhadap riset dan inovasi terkait ilmu antariksa.

"Indonesia sendiri memiliki wacana membangun bandara antariksa di Biak, Papua. Indonesia berada posisi terbaik untuk meluncurkan roket karena Biak dekat dengan ekuator," ujar Menristek Bambang.

Selain harus tetap fokus pada industri satelit dan roket, tentu dengan membangun bandara antariksa lebih menguntungkan daripada hanya menciptakan roket saja.

"Kalau bisa kita jadikan Bandara Antariksa Biak ini sebagai pintu masuk ke dalam bisnis antariksa dunia, diiringi dengan penguasaan ilmu dan teknologi keantariksaan yang mumpuni," tuturnya.
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020