menjaga eksistensi para pelaku IKM batik
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian bersama Yayasan Batik Indonesia menggelar bimbingan teknis untuk meningkatkan kompetensi perajin batik, guna menopang daya saing industri batik nasional di kancah global.

“Salah satu kegiatan yang kami jalankan adalah pelaksanaan bimtek tentang manajemen dan penggunaan zat warna alam,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu.

Kegiatan bimtek tersebut, antara lain diikuti oleh 25 perajin batik asal Nganjuk yang digelar pada tanggal 21-24 September 2020.

“Melalui program ini, kami ingin menjaga eksistensi para pelaku IKM batik di Kabupaten Nganjuk sekaligus mendorong keberlangsungan usaha sektor IKM di tengah pandemi COVID-19,” kata Gati dalam keterangan tertulisnya.

Para peserta tetap mengikuti protokol kesehatan mulai dari rapid test hingga menggunakan masker dan menjaga jarak guna mencegah penyebaran covid-19.

Fasilitasi bimtek ini juga sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam rangkaian memperingati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2020. “Bersama YBI, semoga batik tetap lestari. Kami pun bertekad memacu para perajin agar semakin produktif, kreatif, dan inovatif,” ujar Gati.

Ia menjelaskan industri batik memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Kinerja ekspor batik dan produk batik berdasarkan data BPS pada tahun 2019 senilai 54,36 juta dolar AS. Sedangkan pada periode Januari sampai Juli 2020 adalah sebesar 21,54 juta dolar AS.

"Tentunya capaian ini menunjukkan potensi industri batik yang sangat luar biasa karena diterima di pasar mancanegara,” kata Gati.

Di masa adaptasi kebiasaan baru, lanjut dia, kondisi pasar dan kebutuhan masyarakat mengalami perubahan, sehingga para pelaku IKM batik perlu menyesuaikan diri agar bisa memanfaatkan peluang dan menghasilkan inovasi produk yang diterima pasar.

“Saat ini kami terus mendorong IKM untuk memacu daya juang serta mengubah model bisnis dan keluar dari zona nyaman,” ujar Gati.

Dirjen IKMA itu juga menyampaikan pihaknya telah mengimbau pelaku IKM untuk melakukan optimalisasi penjualan secara daring agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas.

“Dengan diadakan bimbingan teknis, diharapkan ke depan saat era adaptasi kebiasaan baru para pelaku IKM dapat terpacu untuk memanfaatkan platform digital sebagai media pemasaran,” ujar Gati.

Selain upaya peningkatan kemampuan dan pengetahuan para perajin batik di Nganjuk, Jawa Timur, Ditjen IKMA juga memberikan bantuan fasilitas alat sebanyak sembilan jenis alat produksi, di antaranya kompor batik, selang, regulator, wajan, canting, bleber, tabung, gawangan, ember dan timbangan.

Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga berharap pelaku IKM batik Kabupaten Nganjuk dapat memanfaatkan platform digital dan memperkaya khasanah mengenai penggunaan zat warna pada batik.

"Diharapkan roda ekonomi IKM batik Kabupaten Nganjuk pun dapat terpacu dan menjangkau pasar online, sehingga batik tetap lestari pada era digital ini,” ungkapnya.

Baca juga: Kemenperin lahirkan 'startup' kerajinan dan batik
Baca juga: IKM batik disebut masuk ujung tombak ekonomi kerakyatan
Baca juga: Mendongkrak IKM tenun dan batik lewat Pameran Adiwastra

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020