Kami justru mengedepankan kebenaran dan berusaha menghapus disinformasi, kabar bohong, dan ujaran kebencian
Manila (ANTARA) - Kepolisian dan militer Filipina pada Rabu membantah dugaan bahwa mereka mengelola sejumlah akun Facebook yang menyebar kabar bohong atau hoaks.

Facebook menutup akun-akun tersebut, Selasa, karena mereka menunjukkan “perilaku tidak otentik dan terkoordinasi” yang bertujuan mempengaruhi politik di Asia dan Amerika.

Pihak Facebook menutup jaringan berisi sejumlah akun palsu yang berasal dari China dan Filipina. Beberapa akun mengunggah konten berisi dukungan untuk Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan putrinya, yang berpotensi maju pada pencalonan presiden pada 2022.

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) lewat pernyataan terpisah mengatakan akun Facebook resmi mereka masih aktif. Keduanya mengatakan mereka akan terus menyebarkan informasi yang “benar” dan sesuai dengan “kode etik siber”.

Baca juga: Facebook Messenger batasi teruskan pesan, perangi berita palsu
Baca juga: Facebook blokir pendukung Jair Bolsonaro secara global


“Seluruh komentar dan opini dari anggota, asosiasi, dan kelompok tertentu yang tidak terkait langsung dengan kegiatan lembaga dianggap tidak resmi dan tidak sesuai izin oleh kepolisian,” kata Kepolisian Nasional Filipina.

Kurang dari 3.000 orang di Amerika Serikat terlibat dalam kegiatan penyebaran berita bohong lewat akun Facebook, sementara lebih dari 100.000 pengguna ada di Filipina, kata Facebook.

Sejumlah akun Facebook di Filipina, yang dikelola oleh identitas palsu, juga mengkritik Rappler, grup media independen yang kerap menjadi target persekusi pemerintahan Duterte.

Juru bicara presiden, Harry Roque, lewat pernyataan tertulis mengatakan pemerintah tidak akan langsung bereaksi terhadap langkah Facebook itu.

“Kami justru mengedepankan kebenaran dan berusaha menghapus disinformasi, kabar bohong, dan ujaran kebencian,” kata Roque.

Kedutaan Besar China di Manila dan anak perempuan Duterte, Sara, belum dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan.

Sementara itu, pihak militer akan membaca terlebih dahulu laporan dari Facebook. Juru bicara militer, Edgard Arevalo, mengatakan mereka akan bertemu dengan perwakilan Facebook, Rabu, untuk membahas laporan tersebut.

"AFP memegang teguh kebenaran dan akuntabilitas jejaring dan pengelola akun media sosial begitu juga dengan konten yang diunggah di laman, halaman, dan akun kami,” kata pihak militer.

Sumber: Reuters

Baca juga: Duterte longgarkan larangan perjalanan bagi pekerja kesehatan Filipina
Baca juga: Duterte pertahankan aturan jaga jarak satu meter di Filipina


Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020