Jakarta (ANTARA) - Sejumlah tokoh olahraga AS yang telah menggunakan platform mereka untuk mendukung gerakan Black Lives Matter dan menyerukan reformasi polisi bereaksi dengan kekhawatiran atas tuntutan yang diajukan Rabu dalam kasus penembakan Breonna Taylor hingga meninggal dunia.

Taylor, seorang teknisi ruang gawat darurat, ditembak mati setelah tiga orang polisi muncul di pintu rumahnya tengah malam untuk mengeksekusi surat perintah penggeledahan.

Dewan juri di Louisville, Kentucky, menuntut detektif Brett Hankison dengan tiga dakwaan wanton endangerment (tak sengaja melakukan tindakan membahayakan) atas tembakan yang diarahkan ke apartemen sebelah.

Baik Hankison maupun dua aparat yang mengeluarkan tembakan yang menewaskan Taylor tidak dikenai dakwaan terkait langsung dengan kematian Taylor.

"Sesuatu telah dilakukan, tapi itu tak cukup. Kebanyakan orang beranggapan itu pasti tidak cukup," kata guard Los Angeles Lakers Danny Green kepada wartawan setelah timnya berlatih di gelembung karantina NBA di Orlando, Florida.

Pesan-pesan mendukung gerakan Black Lives Matter dan seruan reformasi kepolisian sudah menjadi ciri khas selama bergulirnya lagi liga tersebut setelah jeda karena virus corona.

"Saya terpukul, sakit hati, sedih, gila!" tulis LeBron James pada Twitter. "Kami ingin Keadilan bagi Breonna, namun keadilan terpenuhi untuk dinding apartemen tetangganya dan bukan kehidupannya yang indah."

Baca juga: Herro bawa Heat menangi giim keempat atas Celtics di final Timur

"Apakah saya terkejut dengan putusan itu. Sama sekali tidak tapi sialnya saya terluka dan masih terluka dan berat hati! Saya mengirimkan cintaku untuk ibu, keluarga, dan teman Breonna! Maafkan saya! Maafkan saya! Maafkan saya!!"
Babak playoff dihentikan selama tiga hari setelah para pemain Milwaukee Bucks yang dikejutkan oleh penembakan Jacob Blake oleh polisi di Wisconsin, menolak memasuki lapangan dan para pemain dari tim-tim lain mendukung langkah mereka.

Green mengatakan para pemain NBA akan terus berusaha mencari cara dalam mempromosikan keadilan rasial dan reformasi kepolisian.

"Itu sulit. Kami masih berusaha membuat langkah yang tepat ... Apa yang terjadi hari ini tidak cukup. Kami merasa, dan saya yakin kebanyakan orang di seluruh negeri merasakan hal yang sama."

Baca juga: Pelatih Denver Nuggets sanjung Jamal Murray dengan sebutan superstar

Sangat mendemoralisasi

Pelatih Golden State Warriors Steve Kerr berbicara tentang keputusan dewan juri tersebut kepada The Athletic setelah tim NBA-nya berlatih di California.

"Itu sangat mendemoralisasi. Ini sangat mengecewakan," kata Kerr.

"Saya terus memikirkan generasi anak-anak Amerika dari warna apa pun. Inikah cara yang kita inginkan dalam membesarkan mereka? Inikah negara tempat kita ingin tinggal? Sudah begitu banyak kekerasan dan itu mematahkan semangat ketika kita tidak bisa bertanggung jawab atau meminta siapa pun bertanggung jawab untuk itu."

Pemain Boston Celtics Jaylen Brown sudah menyangka para pembunuh Taylor tidak akan didakwa.

"Sejujurnya saya tidak terkejut dengan keputusan itu," kata Brown setelah pertandingan playoff Rabu malam. "Masyarakat ini, cara mereka dibangun .... niatnya adalah untuk tidak pernah melindungi dan melayani warga kulit berwarna."

Baca juga: Billy Donovan dinobatkan jadi pelatih Chicago Bulls

Reaksi kecewa tidak cuma terjadi di NBA.

Megan Rapinoe, bintang Piala Dunia dan ikon feminis yang meraih Ballon d'Or Putri FIFA pada 2019 setelah menjadi bintang bagi tim juara Piala Dunia Putri Amerika Serikat menyebut keputusan itu "menghancurkan."

"Hati saya saat ini bersama keluarga Breonna Taylor," kata Rapinoe di media sosial. "Ya Tuhan. Ini menghancurkan dan sayangnya tidak mengherankan. Warga kulit hitam dan cokelat di negara ini pantas mendapatkan perhatian lebih," demikian AFP.
 
Baca juga: Satu meninggal dunia, satu terluka dalam penembakan di Louisville

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2020