Jakarta (ANTARA) - Di luar pilihan alat dan metode kontrasepsi yang tersedia, Anda dan pasangan bisa menerapkan metode KB alami tanpa obat, implan atau IUD (intrauterine device) alias spiral yang dimasukkan ke dalam rahim.

Sebagai gantinya, perlu ketekunan dan pencatatan cermat demi hasil lebih akurat.

"Metode yang digunakan adalah menghitung kalender, tidak berhubungan di saat masa subur, dan ibu yang sedang menjalani ASI eksklusif," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Putri Deva Karimah dari RS Pondok Indah kepada ANTARA melalui surel, Rabu.

Baca juga: Cangkir menstruasi boleh dipakai meski pasang KB spiral

Baca juga: Pasien positif COVID-19 boleh minum pil KB?


Salah satu syaratnya menerapkan KB alami adalah mengetahui pola dari siklus haid selama 6-12 bulan, apakah normal dalam 28-35 hari, dari haid pertama hingga haid hari berikutnya.

"Untuk mencegah terjadinya kehamilan, pasien harus tahu kapan waktu suburnya atau masa ovulasi," kata dia.

Ovulasi adalah masa di saat sel telur dilepaskan dari indungnya, dan terjadi umumnya sebulan sekali, sekitar 14 hari setelah hari pertama menstruasi. Saat sel telur dilepaskan, usia hidupnya termasuk singkat. Waktu pembuahan harus dilakukan 24-48 jam setelah masa ovulasi, jika Anda ingin hamil.

Namun, sperma dapat tetap hidup layak dalam tubuh perempuan hingga lima hari setelah ejakulasi. Jadi, jika sperma tetap tinggal dalam saluran reproduksi sambil menunggu sel telur yang baru turun, peluang untuk hamil akan tetap ada, bahkan jika Anda dan pasangan berhubungan seks beberapa hari sebelum ovulasi.

Baca juga: Amankah pasang alat kontrasepsi saat pandemi COVID-19?

Baca juga: Jenis-jenis alat kontrasepsi dari hormonal hingga spiral


Pada banyak kasus, mekanisme biologis ini memungkinkan masa kesuburan bertahan hingga 5-8 hari setelah hubungan seks, tergantung karakteristik sperma pasangan, frekuensi ejakulasi selama masa subur dan berbagai faktor lainnya.

"Bila pasien ragu dengan perhitungan kalendernya, sebaiknya pasangan menggunakan alat kontrasepsi kondom," dia menyarankan.

Selain itu, cara lain yang bisa dilakukan adalah memakai alat pendeteksi ovulasi yang banyak dijual di apotek.

Baca juga: AS setujui alat KB terbaru, pakai gel

Baca juga: Pil kontrasepsi bermanfaat untuk atur siklus menstruasi


Alat ini dapat menilai ketebalan lendir serviks dan mengukur suhu tubuh. Dengan alat ini, pasangan diharapkan tidak berhubungan saat mendekati masa subur atau saat masa subur.

Umumnya, hari pertama menstruasi hingga hari ketujuh dan hari ke-21 dari hari pertama menstruasi, merupakan hari tidak subur dan aman untuk berhubungan seksual tanpa terjadi kehamilan.

"Tapi perlu diingat, hal ini hanya berlaku pada perempuan yang memiliki siklus haid teratur selama 6 bulan ke belakang, dan perhitungan ini dapat bervariasi pada tiap perempuan," kata dia.


Tapi patut diingat, metode KB alami mungkin tidak cukup efektif dalam menunda kehamilan dibandingkan metode kontrasepsi lain. Sebab, efektivitas KB kalender bergantung kepada setiap individu dan persentase kegagalannya mencapai 24 persen.

"Maka itu, jika KB kalender ini efektif bagi pasangan lain, belum tentu sistem kalender juga efektif untuk Anda dan pasangan," pungkas dia.

Baca juga: Hari Kontrasepsi Sedunia tanda pentingnya pilihan untuk perempuan

Baca juga: Sosialisasi kontrasepsi bantu berikan pilihan untuk perempuan

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020