Denpasar (ANTARA) - Staf Sub-bagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar, Lyly Puspa Palupi S.Psikolog mengatakan bahwa belajar jarak jauh atau daring dapat berpotensi memunculkan stres pada anak, bila tidak diatasi dengan pendampingan orang tua di rumah.
 
"Dampak belajar via daring yang telah berjalan lebih tujuh bulan berdampak pada psikologis anak, mulai dari rasa bosan dengan aktivitas di rumah saja, anak juga dituntut beradaptasi belajar dari rumah yang pasti berbeda dengan di kelas, sehingga hal-hal seperti ini bisa menimbulkan kondisi tertekan pada psikis anak dan berpotensi munculnya stres pada anak," kata Lyly saat dikonfirmasi di Denpasar, Ahad.
 
Ia menjelaskan bahwa dampak belajar di rumah secara daring juga dirasakan sulit untuk diikuti oleh sebagian anak-anak yang membutuhkan penjelasan melalui interaksi langsung dengan guru. Selain itu, hilangnya kesempatan untuk bermain dengan teman sebaya yang menjadi salah satu hal yang menyenangkan bagi anak usia sekolah.
 
Selama pelaksanaan belajar dari rumah, para siswa juga memperoleh tugas sekolah. Jika dalam pengerjaannya, tugas sekolah dominan diselesaikan oleh orang tuanya, tentu akan menimbulkan dampak ke depannya.

Baca juga: Gerakan Teras Pelajar diluncurkan IPNU bantu pembelajaran daring

Baca juga: Alasan anak lebih aman belajar dari rumah selama pandemi
 
Dampaknya, si anak akan mengalami ketergantungan pada bantuan orang lain, kurang mandiri dalam menyelesaikan tugas, dan cenderung menjadi anak yang kurang percaya diri.
 
"Suatu hari nanti anak akan kembali belajar di sekolah, dimana ia harus mengerjakan tugas-tugas sendiri. Kalau tidak dilatih untuk mandiri dan percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya di rumah sekarang maka ia akan sulit beradaptasi saat harus belajar di sekolah nanti. Lalu, kalau PR atau tugas dikerjakan oleh orang tua, hasil belajar atau nilai yang diperoleh anak tidak mencerminkan kemampuan anak sesungguhnya," ucap Lyly.
 
Terkait dengan pembelajaran jarak jauh atau daring ini, untuk menjaga kesehatan mental untuk anak, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama dengan melakukan aktivitas belajar sesuai dengan jadwal dari sekolah atau tidak menunda-nunda.
 
Kedua, sediakan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, misalnya bermain, baca buku yang disukai, main game, olahraga, menghabiskan waktu bersama kakak atau adik agar anak bisa relaks sesudah belajar.
 
"Jika mengalami kesulitan dalam belajar, bisa bertanya atau diskusi dengan guru atau teman melalui chat online atau bisa belajar dari pengetahuan di internet. Belajarlah di tempat yang nyaman, tenang sehingga bisa fokus dan konsentrasi," katanya.
 
Sedangkan bagi para orang tua, disarankan untuk tetap tenang dalam mendampingi anak belajar di rumah, kemudian mengatur waktu orang tua antara untuk mendampingi anak belajar dengan waktu bekerja atau mengurus rumah.
 
Selain itu, jika ada kesulitan atau hambatan dalam mendampingi anak, disarankan agar tidak ragu untuk berdiskusi dengan guru. Serta pahami tingkat kemampuan belajar anak, dan sesuaikan dengan target atau nilai yang diperoleh anak.
 
"Jangan paksa anak untuk mencapai target atau nilai yang melampaui kemampuannya. Di masa pandemi ini, kesehatan fisik dan psikis sangat penting untuk tetap dipertahankan dan dirawat. Jadi, orang tua dan anak bisa menjalani proses belajar jarak jauh ini sebaik mungkin dan tidak menambah beban psikis," ujarnya.*

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020