Penutupan layanan tes usap mandiri seiring terbitnya Surat Edaran Menteri Kesehatan terbaru tentang batas tarif tertinggi pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR), yakni Rp900 ribu per sampel usap
Banda Aceh (ANTARA) - Laboratorium Penyakit Infeksi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh menutup layanan pemeriksaan sampel usap (swab) COVID-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR), khusus bagi warga dengan jalur permintaan sendiri atau mandiri.

"Mulai hari ini pasien mandiri tidak boleh lagi periksa tes usap ke Unsyiah. Jadi karena sudah dibatasi harga segitu (Rp900 ribu, red) maka kita tidak lagi periksa mandiri," kata Manajer Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi Unsyiah Ichsan di Banda Aceh, Selasa.

Ia mengatakan penutupan layanan tes usap mandiri seiring terbitnya Surat Edaran Menteri Kesehatan terbaru tentang batas tarif tertinggi pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-PCR), yakni Rp900 ribu per sampel usap.

Surat Edaran Menkes tersebut menetapkan bahwa batas maksimal pemeriksaan usap secara mandiri Rp900 ribu per sampel dalam sekali pemeriksaan.

Harga itu, menurutnya, tidak dapat menutupi kebutuhan untuk keberlangsungan laboratorium selama pemeriksaan sampel usap terkait COVID-19. Selama ini pihaknya memasang tarif Rp1,5 juta per sampel untuk sekali pemeriksaan.

"Karena pembatasan Rp900 ribu, kita biasanya di Unsyiah pakai BHP (bahan habis pakai) yang terbaik, kit (reagen) yang terbaik, maka harganya ini tidak mencukupi dengan Rp900 ribu itu, jadi diputuskan mulai hari ini kita tidak lagi menerima pasien tes usap mandiri," katanya.

"Karena rugi juga itu, kalau pakai harga segitu jadi enggak menutupi kebutuhan," tambahnya.

Oleh karena itu, pihaknya hanya fokus untuk menyelesaikan pemeriksaan usap terhadap sampel pasien suspek atau probable dari rumah sakit, dan juga sampel warga dari 13 kabupaten/kota yang bekerja sama dengan Unsyiah.

"Itu Unsyiah periksa usap secara gratis, karena mula hari ini enggak ada lagi mandiri. Kalau harga segitu maka kita tidak mungkin menutup biaya BHP, maka diputuskan mulai hari ini kita tidak menerima tes usap mandiri," ujarnya.

Namun, apabila warga ingin melakukan tes usap secara mandiri maka harus ke laboratorium swasta. Kalau di Banda Aceh bisa di laboratorium riset, di depan RSUD Zainoel Abidin.

Ichsan juga menyebutkan bahwa pihaknya membagi tiga kelompok uji usap yakni kelompok gratis pertama bagi pasien suspek atau probable COVID-19, kelompok kedua bagi mereka warga kabupaten/kota yang bekerja sama degan Unsyiah, dan kelompok ketiga yang berbayar bagi mereka yang datang secara mandiri.

Untuk kelompok gratis pertama bagi mereka yang suspek atau probable COVID-19, karena cairan kit reagen yang digunakan merupakan dari bantuan BNPB, dan BHP yang digunakan ditanggung oleh Unsyiah.

"Jadi Unsyiah berkewajiban membayarkan PHB, termasuk listrik, air, operasional, tenaga pemeriksa, itu Unsyiah yang bayar. Jadi itulah sumbangsih Unsyiah untuk penanggulangan COVID-19, itu kan dana Unsyiah," kata Ichsan.

Kemudian kelompok gratis kedua, lanjut dia, bagi warga kabupaten/kota yang bekerja sama dengan Unsyiah. Misalnya, Banda Aceh miliki program uji usap tahap pertama kepada 1.300 warga, tahap kedua 2.000 warga, dan tahap ketiga yang direncanakan 5.000 warga.

"Jadi kelompok kedua ini gratis juga, yakni Unsyiah menanggung operasional, sedangkan BHP ditanggung oleh pemerintah kota, dan kit reagennya kita pakai bantuan BNPB," katanya.

Sementara, kelompok ketiga bagi mereka yang memeriksa usap secara mandiri. Kelompok ini bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan bebas COVID-19, misalnya untuk keperluan kerja, perjalanan, dan lain sebagainya.

"Maka dia datang dan bayar 1,5 juga, dapat surat itu. Tapi mulai hari ini kita Unsyiah tidak lagi menerima (pemeriksaan swab) pasien mandiri," demikian Ichsan.

Baca juga: Unsyiah target 0,5 persen penduduk Aceh ikuti tes swab

Baca juga: Tak ada reagen, dua laboratorium PCR di Aceh belum berfungsi

Baca juga: Unsyiah siap jadi tempat pengujian tes virus corona

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020