Jakarta (ANTARA) - PT Bio Farma melakukan transfer teknologi dan mendukung kemandirian bangsa dalam memproduksi vaksin COVID-19 sebagai strategi dalam penyediaan vaksin COVID-19 bagi masyarakat Indonesia.

"Kita punya strategi jangka pendek di mana kita melakukan transfer teknologi proses hilir dan untuk capacity building (pembangunan kapasitas) dari calon mitra kita, kita kerjasama dengan Sinovac China, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)," kata Neni Nurainy dari Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Bio Farma dalam dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, Jakarta, Rabu.

Sementara untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang, maka harus ada pengembangan vaksin dari proses hulu.

Itu diperlukan untuk kesiapan Indonesia dan kemandirian pengembangan sumber daya dalam mengembangkan vaksin Merah Putih.

Baca juga: Unair berencana uji praklinik vaksin COVID-19 pada November 2020

Baca juga: Menristek: Vaksin COVID-19 harus memiliki tingkat kemanjuran tinggi


Pengembangan vaksin dari proses hulu itu didukung dengan dibentuknya konsorsium vaksin COVID-19 nasional.

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan perlu vaksinasi, paling tidak untuk 173 juta penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan populasi (herd immunity). Apalagi jika diperlukan dua kali suntikan vaksin, maka kebutuhan vaksin akan menjadi sekitar 346 juta ampul vaksin. Itu merupakan jumlah yang banyak.

Kebutuhan vaksin tersebut tidak mungkin bisa terpenuhi dari luar sehingga perlu pengembangan vaksin secara mandiri.

Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform sub unit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia, dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia.

"Kita melihat kapasitas produksi vaksin baik dunia maupun di Indonesia seberapa besar karena kapasitas produksi di dunia pun hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia hanya sekitar tiga miliar vaksin untuk tujuh miliar penduduk. Nah, tentunya melihat situasi seperti ini Indonesia tidak bisa tergantung pada luar negeri," ujarnya.*

Baca juga: Menristek: Enam institusi kembangkan vaksin Merah Putih

Baca juga: Menristek berharap vaksin Merah Putih isi kebutuhan jangka panjang

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020