industri dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian berupaya mewujudkan Program Making Indonesia 4.0 untuk dimanfaatkan, salah satunya dalam membangun industri hijau sesuai Undang Undang No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.

"Karena industri Hijau merupakan icon di mana industri dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi lewat keterangannya diterima di Jakarta, Kamis.

Dalam Seminar Nasional Teknologi Industri Hijau 3 (SNTIH3) bertema ‘Making Indonesia 4.0: Green Technology Innovation Toward Sustainable Industry’ dia mengapresiasi Program Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang menggunakan teknologi industri 4.0 untuk dilakukan pembersihan akibat pencemaran dan kerusakan yang terjadi.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Kemaritiman dan Investasi Safri Burhanuddin pada seminar itu mengutarakan bahwa pencemaran dan kerusakan lingkungan di Sungai Citarum membuat sungai itu menjadi yang terkotor di dunia dua tahun lalu.

Hal itu mengakibatkan kerugian besar terhadap kesehatan, ekonomi, sosial, ekosistem, sumber daya lingkungan dan generasi mendatang.


Baca juga: Kemenperin siapkan insentif fiskal bagi Industri Hijau

Menurut Safri, teknologi industri 4.0 sangat berkontribusi dalam program pengendalian DAS Citarum, khususnya dalam peningkatan efisiensi dan kebutuhan akurasi data.

"Kami memanfaatkan teknologi 4.0 dalam pengendalian DAS Citarum, seperti IoT Video Analytic dan CCTV, IoT Water Quality Monitoring System guna menganalisa data kualitas air sungai serta pengembangan website Citarumharum dan membentuk Command Center PPK. Dengan dukungan itu terjadi efisiensi biaya," paparnya.

Untuk itu, Kepala Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) (BBTPPI) di bawah Kemenperin Ali Murtopo Simbolon menyatakan siap mendukung pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran pada sungai Bengawan Solo.


Baca juga: Kemenperin wacanakan insentif untuk penerapan wajib industri hijau

Pihaknya juga merevitalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri kecil dan menengah (IKM) Batik Laweyan Solo; membuat pilot project pengolahan limbah IKM Ciu di Polokarto dan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah guna mengatasi limbah dari IKM batik, alkohol dan usaha ternak babi.

Di samping itu, BBTPPI mengumpulkan data terkait kinerja IPAL untuk 15 industri yang bergerak di bidang tekstil, garmen, kecap dan saos, cat serta alkohol yang berada di sekitar wilayah Sungai Bengawan Solo.

“Kami memberikan bimbingan teknis permasalahan pengolahan limbah kepada 40 industri menengah besar ditambah 50 UKM-IKM di Solo Raya dan 110 industri lainnya di Jateng,” ujar Ali.


Baca juga: Pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0 akan dibangun di 2021

Baca juga: Indonesia perlu tingkatkan kemampuan SDM hadapi industri 4.0


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020