Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup stagnan, dibayangi sentimen perkembangan paket stimulus di Amerika Serikat (AS).

Rupiah Jumat sore ditutup sama seperti hari sebelumnya di posisi Rp14.660 per dolar AS.

"Dari eksternal, pergerakan rupiah dipengaruhi harapan yang terus-menerus bahwa kongres akan mengeluarkan paket stimulus sebelum pemilihan," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Gubernur BI: Rupiah berpotensi menguat, ini indikatornya

Ketua DPR AS Nancy Pelosi optimis bahwa kesepakatan akan dicapai segera dan mengatakan bahwa kemajuan sedang dibuat dalam pembicaraan dengan Gedung Putih.

Namun penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow memperingatkan bahwa masih ada perbedaan kebijakan yang signifikan yang tidak mungkin diselesaikan sebelum pemilihan, yaitu penentangan Senat Republik terhadap label harga tindakan tersebut.

Masih dari AS, data klaim pengangguran mingguan turun menjadi 787 ribu selama seminggu terakhir, lebih rendah dari konsensus 860 ribu dan klaim minggu sebelumnya 842 ribu. Penjualan rumah juga melonjak menjadi 6,54 juta pada September, tertinggi dalam 14 tahun.

Baca juga: Dolar naik dari terendah 7 minggu saat paket bantuan corona diragukan

Dari eksternal lainnya, Inggris dan Uni Eropa melanjutkan pembicaraan harian yang intensif tentang kesepakatan perdagangan sebelum akhir tahun.

Rupiah pada pagi hari dibuka stagnan di posisi Rp14.660 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.655 per dolar AS hingga Rp14.708 per dolar AS.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.738 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp14.697 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah masih akan dibayangi sentimen paket stimulus AS



 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020