Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR, Puan Maharani, mempertanyakan peran pemerintah memberikan harapan kemerdekaan yang diidamkan rakyat.

Puan mengatakan, rakyat melihat kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik ketika teriakan, merdeka, merdeka, merdeka, dikumandangkan di masa perjuangan.

"Kini 75 tahun Indonesia sudah merdeka, apakah rakyat sudah mendapatkan keinginannya?" kata dia,  saat membacakan puisi berjudul 'Hak-nya Rakyat Merdeka untuk Dilayani' karya Tim Pusat Penelitian DPR dalam Festival Puisi yang diselenggarakan Ombudsman RI secara daring, Selasa.

Dalam bait puisi itu, dia bertanya, apakah negara dan pemerintah sudah menjalankan tugasnya melayani rakyat dengan sebaik-baiknya?

Untuk memastikan itu, Ombudsman didaulat rakyat guna menjadi mata pengawas yang menjalankan tugas dan wewenangnya dengan berbagai asas.

"Kepatutan, keadilan, nondiskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan kerahasiaan. Sang pengawas berdiri mandiri untuk memastikan rakyat mendapatkan pelayanan," kata dia. 

Baca juga: Konstitusi harus akrab dengan keseharian rakyat

Sebab, memang haknya rakyat yang merdeka untuk dilayani pemerintahnya.

Ia mengatakan, jabatan bukan berarti bisa membuat pejabat bersombong hati. "Justru seperti padi, yang semakin merunduk ketika semakin berisi. Begitulah harusnya sikap para punggawa negeri. Melayani, melayani, dan melayani. Dengan melayani, kita jaga NKRI," kata dia.

Ia berkata, pemimpin jangan pernah patah semangat untuk memberikan pelayanan publik yang mumpuni.

Sebab dengan kehendak Allah, pelayanan pada rakyat akan memberi kebahagiaan hati pada pemimpin.

Menurut artis seni peran senior, Niniek L Karim, puisi Puan memiliki inti pesan tentang peran Ombudsman RI sebagai sebuah lembaga pengawas yang berdiri mandiri untuk memastikan rakyat mendapatkan pelayanan yang merupakan haknya.

"Melayani, melayani, melayani, itulah pesan ketua DPR kepada semua pelayan publik masyarakat Indonesia yang diawasi oleh Ombudsman Republik Indonesia," kata Karim.

Baca juga: Menuju 100 tahun Indonesia Merdeka

Festival Puisi yang digelar Ombudsman RI secara daring itu menghadirkan para pejabat tinggi dari kementerian dan lembaga Negara sebagai pembaca puisi serta Karim sebagai penanggap puisi.

Ketua Ombudsman RI, Prof Amzulian Rifai, mengatakan, pelaksanaan festival puisi bertajuk “Wajah Pelayanan Publik dalam Puisi” itu bertujuan memelihara semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam melihat potret pelayanan publik dalam balutan puisi.

“Boleh jadi apa yang dilakukan kami melalui festival puisi ini hanyalah secuil upaya menempa semangat bagi kita semua. Semangat yang sangat dibutuhkan bagi negeri kita. Dalam upaya menemui mereka yang berharap atas amanah yang diembankan ke pundak kita masing-masing,” kata Rifai dalam sambutannya sebelum membuka acara itu.

Baca juga: Puan minta pemerintah perhatikan rakyat terdampak COVID-19

Selain Puan , dalam acara tersebut tampil pula Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, Menteri Perhubungan, Budi Sumadi, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Ketua Komisi Yudisial, Jaja Ahmad Jayus, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, anggota Komisi Informasi Pusat, Romanus Ndau, serta sejumlah pimpinan dan anggota Ombudsman RI.

Mereka masing-masing membacakan puisi buatan sendiri atau karya orang lain, untuk menggugah bangsa Indonesia supaya terus berkarya untuk negeri tercinta di tengah-tengah hiruk-pikuk dunia.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020