Warsawa (ANTARA) - Puluhan ribu ikut serta dalam aksi protes di Warsawa, Polandia, pada Jumat (30/10)—yang terbesar dalam aksi sembilan hari terakhir—menentang aturan tentang pelarangan aborsi yang diputuskan pengadilan pekan lalu.

Massa melakukan aksi pawai melewati jalanan pusat kota dengan membawa payung hitam, simbol protes atas hak aborsi di negara itu, serta membawa poster bertuliskan “Saya yang berpikir, saya yang merasa, saya yang memutuskan” dan “Tuhan adalah perempuan”.

Sementara polisi militer juga berbaris di jalanan, dengan sebagian yang mengenakan perlengkapan anti huru-hara, ketika demonstrasi—yang menurut pengelola diikuti hingga sekitar 100.000 orang—dimulai.

Mahkamah Konstitusi Polandia pada 22 Oktober lalu memutuskan pelarangan terhadap aborsi yang disebabkan oleh kerusakan janin.

Peraturan itu mengakhiri dasar hukum yang paling umum digunakan dari sedikit aturan yang tersisa untuk mengizinkan aborsi di Polandia, sekaligus membuat negara itu semakin jauh berbeda dengan kebanyakan negara di Eropa terkait aturan aborsi.

Di bawah peraturan tersebut, para perempuan hanya dapat menggugurkan kandungan secara legal jika kehamilan mereka akibat kasus pemerkosaan atau hubungan seksual sedarah, atau menjadi ancaman bagi kesehatan.

Sejak keputusan tersebut, aksi demonstrasi digelar di berbagai lokasi dan meningkat menjadi bentuk kemarahan atas pemerintahan lima tahun yang dikuasai Partai Hukum dan Keadilan (PiS) serta Gereja Katolik Roma, sekutu pemerintah.

Pemimpin gerakan hak aborsi di Polandia, Marta Lempart, meminta para aktivis untuk melaporkan serangan serta bertahan dari ancaman persekusi atau denda yang mungkin diterima karena mengikuti aksi.

“Kita tidak melakukan kesalahan apapun dengan menggelar protes dan turun ke jalan,” kata Lempart dalam sebuah konferensi pers.

Sebagai upaya menurunkan ketegangan, Presiden Andrzej Duda pada hari yang sama mengajukan usulan peraturan yang memungkinkan aborsi dilakukan atas alasan kecacatan pada janin, meskipun hanya terbatas pada kecacatan yang membahayakan hidup sang ibu.

Perdana Menteri Mateusz Morawiecki meminta legislator untuk memproses usulan peraturan itu dengan cepat—namun massa protes tampak tidak terkesan dengan hal tersebut.

“Ini adalah upaya untuk melunakkan situasi bagi PiS, tetapi tidak ada satupun orang waras yang akan luluh dengan hal ini,” ujar Joanna Scheuring-Wielgus, aktivis dan legislator kiri.

Gereja Katolik menyatakan bahwa pihaknya memang menentang aborsi, namun tidak mendorong pemerintah atau pengadilan untuk meningkatkan pembatasan hak aborsi.

Bagaimanapun, PiS berupaya menanamkan nilai-nilai tradisional Katolik dalam kehidupan masyarakat Polandia. PiS juga telah memutus anggaran negara untuk pembuahan in vitro, memberikan tema yang lebih patriotik pada kurikulum sekolah, serta membiayai program-program Gereja.

Di sisi lain, pemerintah menyebut para pendemo membahayakan hidup para orang lanjut usia dengan melanggar aturan ketat terkait pandemi COVID-19 yang melarang adanya perkumpulan besar, lebih dari lima orang.

Polandia mengonfirmasi lebih dari 21.000 kasus baru COVID-19 pada Jumat.

Menteri Kesehatan Adam Niedzielski bahkan menyamakan aksi protes Polandia dengan gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat yang menurutnya “meningkatkan” situasi pandemi.

Sedangkan ahli kesehatan masyarakat menyebut belum ada bukti yang menyimpulkan bahwa terjadi penyebaran virus besar-besaran dari aksi massa di Amerika tersebut.

Sumber: Reuters
Baca juga: Polandia bahas pengetatan hak aborsi, corona batasi protes
Baca juga: Fenomena gunung es aborsi
Baca juga: AS tolak resolusi WHO mengenai aborsi dan hak milik intelektual

 

Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020