Jakarta (ANTARA) - Deputi Advokasi Pergerakan dan Informasi (APDIN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nofrijal mengatakan untuk mengubah perilaku masyarakat supaya taat protokol kesehatan hanya dapat dilakukan bila agen perubahan bisa memberikan bukti-bukti yang jelas.

"Orang hanya akan mau berubah bila ada bukti yang jelas saat diedukasi," kata dia saat diskusi daring dengan tema implementasi strategi sosialisasi perubahan perilaku bagi tenaga sosialisasi perubahan perilaku yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan faktor penentu dari perubahan perilaku sebenarnya terletak pada kepercayaan. Sebab, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan COVID-19.

Bahkan, beberapa waktu lalu Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyebutkan sekitar 17 persen masyarakat di Tanah Air tidak percaya dan menganggap tidak akan tertular dengan virus mematikan tersebut.

Baca juga: Kenali beda jenis masker dan cara pakainya untuk cegah kena COVID-19

Baca juga: LIPI kembangkan masker elektrik bunuh virus penyebab COVID-19


"Di kampung saya, di Sumatera Barat, 39 persen orang tidak percaya COVID-19," katanya.

Oleh sebab itu, untuk menghadapi kelompok masyarakat yang belum mempercayai COVID-19 maka agen perubahan perilaku harus bisa memberikan bukti-bukti yang jelas terkait pencegahan dan penanganan COVID-19.

Salah satu upaya atau cara yang bisa dilakukan kepada masyarakat tadi ialah memberikan bukti atau keuntungan apa saja bila menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan sebagainya.

"Keuntungan atau kebaikan menggunakan masker ini yang harus kita jelaskan kepada masyarakat semaksimal mungkin," katanya.

Ia mengakui upaya mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku tersebut tidak mudah. Sebab, salah satu tantangannya ialah maraknya berita bohong yang disebarluaskan oleh orang tidak bertanggungjawab.

Secara pribadi, Nofrijal mengaku sempat ditanya oleh salah seorang yang mengatakan bahwa penggunaan hand sanitizer atau disinfektan dapat merusak kulit.

"Ini contoh yang disampaikan oleh masyarakat yang tidak paham. Namun, inilah tugas kita menjelaskan kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengajak masyarakat agar tidak mempersoalkan individu yang telah menggunakan masker, namun dinilai masih kurang efektif dalam mencegah virus.

"Yang penting mereka telah pakai masker dan harus kita apresiasi. Jangan sampai dikatakan masker mereka tidak sehat, tidak cocok dan sebagainya," ujar dia.*

Baca juga: 41 pelanggar tertib masker ditindak di Jakarta Barat

Baca juga: Adakah efek mengoleskan minyak kayu putih pada masker?

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020