Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, Gunung Merapi mengalami 59 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Jumat (13/11) mulai pukul 00:00-24:00 WIB.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Sabtu, menyebutkan, selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 306 kali gempa hybrid atau fase banyak, 69 kali gempa hembusan, dan 45 kali gempa vulkanik dangkal.

Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 75 meter di atas puncak.

Baca juga: Pemkab Magelang siapkan tambahan tempat pengungsian Merapi

Pada periode pengamatan itu, dilaporkan pula suara guguran sebanyak lima kali dari Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan dan PGM Kaliurang, Sleman.

Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 13 cm per hari.

BPPTKG telah menaikkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan.

BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

Baca juga: BPBD Sleman minta kelompok relawan di pengungsian Merapi melapor
Baca juga: Ritus kepahitan di Candi Pendem Gunung Merapi
Baca juga: BNPB: Waspadai dampak La Nina terhadap banjir lahar dingin Merapi
Baca juga: Pemkab Boyolali imbau warga di KRB III mau mengungsi

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020