Jakarta (ANTARA) - Berolahraga di lingkungan yang berpolusi tidak disarankan oleh para pakar kesehatan karena bisa berdampak buruk untuk kesehatan Anda, seperti yang dialami atlet lari nasional Adinda Sukardi.

Adinda Sukardi mengatakan, saat itu dia berada di Shanghai, China untuk menjenguk ayahandanya. Pada pagi hari, di tengah musim dingin, dia berlari tanpa berpikir kualitas udara di sana saat itu.

"Saya lari hanya 4 km, saat itu musim dingin. Cuaca di luar agak abu-abu, enggak berpikir itu karena polusi. Saya lari dalam kondisi dingin. setelah lari 4 km saya bersuara mengi. Saya enggak pernah dalam kondisi asma," kata dia dalam webinar "Mau Olahraga? Pantau Kualitas Udara", Selasa.

Baca juga: Polusi mengintai, apa pakai masker cukup untuk berolahraga di luar?

Baca juga: Kualitas udara New Delhi berada di level terburuk tahun ini


Kondisi mengi dialami Adinda bahkan hingga dua tahun, diikuti sesak napas dan performa larinya semakin menurun. Padahal, sebelumnya dia berada dalam kondisi tubuh terbaik selama menjadi atlet, karena mempersiapkan kompetisi penting.

Kini, terutama di tengah pandemi COVID-19, dia mengaku memastikan kondisi kualitas udara sebelum berlari di luar ruangan.

"Bangun tidur cek kualitas udara, keluar rumah setelah jam 9.00 untuk mendapatkan matahari dan berolahraga di luar 30-40 menit. Sorenya di rumah olahraga," tutur dia.

Baca juga: Jalan kaki tak bermanfaat bila kualitas udara buruk

Baca juga: Kombinasi gizi plus olahraga sama dengan imun

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020