Jakarta (ANTARA) - Kendaraan atau mobil hybrid dan plug-in hybrid (PHEV) masih cocok untuk pasar Indonesia saat ini, sebelum mobil bertenaga sepenuhnya listrik (baterry electric vehicles/BEVs) semakin berkembang seiring dengan ketersediaan infrastrukturnya di masa mendatang.

Dalam jangka panjang, konsumen akan lebih banyak beralih ke kendaraan full listrik. "Ketika semua infrastruktur sudah berjalan dengan baik, orang-orang akan beralih ke kendaraan BEVs," kata Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Riyanto, dalam konferensi video, Kamis.

Menurut Riyanto, di Indonesia ada dua arus soal pengembangan mobil listrik, ada yang ingin langsung ke kendaraan listrik penuh dan ada yang ingin ke hybrid dulu.

Baca juga: Luhut ingin Indonesia jadi destinasi investasi kendaraan listrik

"Kalau China itu loncat langsung, tidak dari hybrid langsung ke mobil listrik," katanya.

Meski demikian, jika melihat data dari Peraturan Presiden dan juga Peraturan Gubernur, pemerintah menginginkan adanya percepatan, dan langsung ke kendaraan listrik baterai.

"Saat ini ada dua arus, tapi keputusan dari pemerintah kalau kita lihat regulasi Perpres, Pergub, dan Kemendagri itu insentifnya semua diberikan pada baterai, kendaraan bermotor yang berbasis baterai," kata dia.

Kendati demikian, kendaraan berteknologi hybrid dan plug-in hybrid akan ikut berkembang dengan adanya insentif serupa yang dihadirkan oleh pemerintah nantinya.

Baca juga: Indonesia bertekad jadi pemain utama kendaraan listrik

"Jadi nanti untuk hybrid maupun plug-in hybrid insentifnya hanya PPnBM saja. Jadi, pemerintah mau lompat sebenarnya. Tapi kalau kita lihat, dari insentif PPnBM saja, hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif. Kelihatannya hybrid dan plug-in hybrid juga akan dapat berkembang," kata dia.

Riyanto menjelaskan bahwa beberapa waktu yang lalu pihaknya telah meneliti keunggulan dari kendaraan PHEV bersama dengan teman-teman di UI, Institut Teknik Bandung (ITB), dan Universitas Negeri Surabaya (UNS), dengan hasil yang mengagumkan.

"Simulasi yang dilakukan bersama dengan teman-teman di UI, ITB, dan UNS misalnya atau universitas di Bali itu melakukan simulasi ternyata emisi plug-in hybrid jika dipakai di kota itu sudah mirip full baterai," jelas dia.

"Penelitian di UI itu mengisi BBM selama simulasi itu BBM-nya terpakai kecil banget, karena jarak tempuhnya pendek. Jadi semuanya digerakkan oleh baterai yang ada pada kendaraan," tambah dia.

Baca juga: Skuter listrik NIU masuk Indonesia, prapenjualan mulai Desember

Baca juga: Siap-siap, Toyota mulai jual mobil listrik baterai di Indonesia
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020