Jakarta (ANTARA) - Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto mengatakan bahwa sepeda motor dengan tenaga listrik memiliki kecenderungan untuk masuk lebih cepat di pasar Indonesia, dibandingkan dengan kendaraan roda empat.

"Sepeda motor listrik sudah ada 15 perusahaan (data Kemenperin) artinya paling realistis sepeda motor," ungkap Riyanto pada video conference, Kamis (26/11).

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah memiliki roadmap untuk memulai memproduksi baterai di Indonesia dengan target pada 2023 terdapat 40 persen kandungan lokal.

Baca juga: Yamaha pertimbangkan India untuk pasar motor listrik

Baca juga: Motor listrik Gesits hadir di Tokopedia


"Sekarang kan targetnya sampai 2023, 40 persen harus kandungan lokal dan harus ada produksi di Indonesia, sehingga ada nilai tambah untuk komponen Indonesia" kata dia.

Riyanto menambahkan bahwa, kendaraan-kendaraan listrik yang sudah banyak beredar di Indonesia ini harus juga adanya dorongan dari mitra seperti perusahaan ojek online, dan juga taksi untuk segera mengkonversi kendaraan mereka.

"Nah paling tidak ini akan memasok kendaraan ke government fleet dan yang jumlahnya cukup banyak terutama untuk sepeda motor," ucap dia.

"Kalau untuk motor, produsennya sudah banyak ada Viar, Gesit dan sebagainya. Sebenarnya, sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan juga perlu adanya didorong dari perusahaan ojek online seperti Gojek, Grab, Taksi Bluebird dan taksi yang lain. kalau bisa armadanya dikonversi segera," tambah dia.

Baca juga: Skuter listrik NIU masuk Indonesia, prapenjualan mulai Desember

Baca juga: Banyak manfaat, Kemenperin percepat pengembangan motor listrik

Baca juga: Produsen sepeda motor listrik Singapura incar pasar Indonesia
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020