Jakarta (ANTARA) - Yayasan Kehati memberikan penghargaan kepada insan-insan yang peduli keanekaragaman hayati dan lingkungan Indonesia lewat KEHATI Award 2020 yang mengusung tema "Promoting Biodiversity Heroes" atau mempromosikan pahlawan biodiversitas.

Penilaian untuk penghargaan itu dimulai sejak 16 Januari 2020 dan melibatkan 153 pendaftar ajang KEHATI Award ke-9 itu yang berasal dari hampir semua provinsi di Indonesia, menurut Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos dalam acara penganugerahan yang dilakukan secara virtual dipantau dari Jakarta pada Jumat.

Penghargaan untuk kelompok dan invdividu itu dibagi dalam enam kategori yaitu Kategori Prakarsa Kehati ditujukan untuk masyarakat atau kelompok sipil seperti kelompok adat atau organisasi non-pemerintah. Kategori kedua adalah Pamong Kehati yang ditujukan untuk individu di kementerian atau lembaga pemerintah, baik di pusat maupun daerah.

Kategori ketiga adalah Inovasi Kehati untuk perseorangan atau kelompok unit usaha dan Cipta Kehati yang ditujukan untuk tokoh atau kelompok yang berasal dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dua kategori terakhir adalah Citra Kehati untuk media massa dan pekerja seni serta budaya dan kategori yang terakhir adalah Tunas Kehati untuk individu atau kelompok remaja.

Pemilihan juara dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari Direktur Institute for Sustainable Earth and Resources, Universitas Indonesia sekaligus Ketua Juri KEHATI Award 2020 Prof. Jatna Supriatna, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi, Direktur CNN Indonesia Desi Anwar, Ketua Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Universitas Padjadjaran Prof. Parikesit, dan Regional Director Ford Foundation Alexander Irwan.

Baca juga: Jumlah tak lebih 100, penyelamatan badak sumatera libatkan masyarakat

Baca juga: Yayasan Kehati: 100 calon mendaftar berebut Kehati Award 2020

 

Mereka memilih Rubama M. sebagai pemenang Prakarsa Kehati. Rubama adalah perempuan dari Aceh yang berhasil mengorganisir dan mendampingi kelompok perempuan di Kampung Damaran untuk melakukan konservasi di kawasan ekosistem Leuser, yang telah rusak akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan pada 2015.

Pamong Kehati dimenangkan oleh Bupati Kabupaten Sintang Kalimantan Barat periode 2015-2020 H. Jarot Winarno, M.Med.Ph, untuk Program Rencana Aksi Daerah Sintang Lestari atau RAD-SL. Kabupaten Sintang di bawah Kepemimpinan Bupati Jarot Winarno memiliki visi pembangunan berkelanjutan yang kuat yang wujudkan dalam bentuk kebijakan daerah dan program-program berdasarkan RAD-SL.

Kategori Inovasi Kehati diberikan kepada PT. Karya Dua Anyam, dengan kegiatan Du Anyam yang memberdayakan perempuan Indonesia melalui anyaman dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati lokal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kategori Cipta Kehati ditujukan kepada Dr. Ir. Pande Ketut Diah Kencana dari Universitas Udayana Bali dengan kegiatan konservasi bambu lokal Bali khususnya jenis tabah untuk memiliki nilai ekonomi dengan melakukan sosialisasi dimulai dari pembibitan, budidaya, teknik tebang pilih buluhnya, pengolahan rebung serta pendampingan ekonomi berkelanjutan.

Citra Kehati diberikan kepada Samsudin dari Jawa Barat dengan kegiatan dongeng keliling menggunakan sepeda, mengunjungi 13 provinsi untuk edukasi mengenai pelestarian satwa langka Indonesia pada anak- anak. Samsudin adalah guru SD Inpres yang rela meninggalkan pekerjaannya agar dapat mengedukasi anak-anak melalui media wayang kardus.

Untuk kategori terakhir Tunas Kehati diberikan kepada Margaretha Mala, pengrajin muda tenun Dayak, Kalimantan Barat yang mengusung Dara Labu Anya Ngemata Ka Pengawa Ari Aki-Inek Kitai Bansa Iban Ngan Ngenanka Menua (Srikandi Pelestari Tradisi dan Konservasi) melalui kegiatan "Nenun".

“Saya pribadi berharap mereka yang terpilih hari ini, tidak hanya kita memberikan apresiasi kepada mereka ini tapi juga berharap mereka menjadi inspirasi bagi kita semua,” demikian ujar Riki.

Baca juga: KEHATI sebut sagu potensial jadi solusi kedaulatan pangan di Indonesia

Baca juga: Kehati: Anak muda harus terlibat lestarikan keanekaragaman hayati

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020