Makassar (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar mendukung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menolak rencana pemerintah membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021, hingga vaksin dinyatakan telah siap digunakan.

Ketua IDI Kota Makassar dr Siswanto Wahab melalui keterangan resminya di Makassar, Kamis, mengatakan IDI Kota Makassar mendukung kebijakan IDAI untuk menegaskan perlunya sejumlah hal yang diperhatikan dan dilakukan dengan mencakup dukungan untuk kesehatan dan kesejahteraan anak.

"Ini salah satunya penundaan pembukaan sekolah untuk kegiatan pembelajaran tatap muka sampai vaksin COVID-19 sudah ada dan tentu saja memiliki andil yang cukup besar untuk menurunkan transmisi," katanya.

Dokter Siswanto mengemukakan peningkatan jumlah kasus yang signifikan telah dilaporkan banyak negara setelah pembukaan sekolah, sekalipun negara maju, seperti Korea Selatan, Prancis dan Amerika Serikat.

Baca juga: Pemprov Sulsel tes usap COVID-19 guru sebelum belajar tatap muka

Baca juga: Sejumlah sekolah di Sulsel usulkan pembelajaran tatap muka


Ia tidak lupa mengingatkan bahwa ada tiga poin penting dalam memperhatikan masa depan anak yakni hak anak hidup, hak anak sehat dan hak anak mendapatkan pendidikan.

Sementara itu, Ketua IDAI Pusat DR Dr Aman Bhakti Pulungan Sp A(K) mengatakan seluruh warga sekolah termasuk guru dan staf sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan COVID-19.

"Menimbang dan memperhatikan panduan dari WHO, publikasi ilmiah, publikasi di media massa, dan data COVID-19 di Indonesia pada saat ini, maka IDAI memandang bahwa pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJJ) adalah hal yang lebih aman," katanya.

Berdasarkan data, satu dari sembilan kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia adalah anak usia 0-18 tahun. Sementara proporsi kematian anak akibat COVID-19 dibanding seluruh kasus kematian di Indonesia pada 29 November 2020 sebesar 3,2 persen dan merupakan tertinggi di Asia Afrika.

Namun demikian, berbagai laporan terkait kesejahteraan anak dan keluarga selama pandemi juga perlu mendapatkan perhatian.
Sebut saja adanya peningkatan stres pada anak dan keluarga, perlakuan yang salah, pernikahan dini, ancaman putus sekolah, serta berbagai hal yang juga mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak yang secara umum dialami di negara-negara berkembang.

"Perlu diajarkan juga pada anak dan guru untuk mengenali dan mengetahui gejala awal sakit dan melapor pada guru apabila diri sendiri atau teman ada yang mengalami gejala sakit," ujarnya.

Pada pembukaan sekolah tatap muka di masa pandemi, perlu diperhatikan mulai dari disiplin hidup bersih dan sehat, penerapan protokol kesehatan dari rumah hingga ke sekolah, termasuk mempersiapkan kebutuhan penunjang kesehatan anak seperti masker, bekal makanan dan air minum, pembersih tangan, hingga rencana transportasi.

Selain itu, pembukaan sekolah pun juga harus melalui sejumlah pertimbangan dinas kesehatan dan organisasi profesi kesehatan setempat dengan memperhatikan angka kejadian dan angka kematian COVID-19 di daerah tersebut masih meningkat atau tidak.*

Baca juga: Dinas Pendidikan Sulsel monitor belajar tatap muka di sekolah

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020